Bootstrap

Akhir Dunia dan Akhir Kerja? (2 Petrus 3:1-18)

Tafsiran Alkitab / Dibuat oleh Proyek Teologi Kerja
2 peter the end of the world and the end of work 2 peter 3 1 18

Apakah kerja kita di dunia penting bagi Allah? Darrell Cosden memberi jawaban “ya” yang mantap atas pertanyaan itu. Inti penjelasannya adalah kebangkitan tubuh Yesus, yang (1) menyatakan kebaikan dunia materi, (2) menunjukkan ada kontinuitas antara dunia yang sekarang ini dengan dunia ciptaan baru,[1]

an (3) merupakan tanda bahwa dunia ciptaan baru, meskipun belum sepenuhnya terealisasi, telah dimulai. Pekerjaan kita sangatlah berharga karena buah-buah pekerjaan kita, setelah ditebus dan diubahkan, akan mendapat tempat di surga. Namun, pasal 3 tampaknya mempermasalahkan dua aspek integral teologi kerja Cosden: (1) kebaikan yang melekat pada hal yang diciptakan, dan (2) kontinuitas antara dunia yang sekarang ini dengan dunia yang akan datang, ciptaan baru.

Di sini Petrus sedang merespons pengejek-pengejek yang mengingkari-firman, yang berkata bahwa Allah tidak ikut campur dalam sejarah untuk menghakimi kejahatan (2 Petrus 3:3-4). Ia tampaknya menggambarkan masa yang akan datang itu tidak ada kontinuitasnya sama sekali dengan dunia yang sekarang ini; malah tampak seperti pemusnahan alam semesta:

  1. “Langit dan bumi yang sekarang ini dipelihara untuk api, dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik.” (2 Petrus 3:7)

  2. “Langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus oleh nyala api, dan bumi serta segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.” (2 Petrus 3:10)

  3. “Segala sesuatu ini akan hancur secara demikian.” (2 Petrus 3:11)

  4. “Langit akan binasa dalam api, dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya.” (2 Petrus 3:12)

Namun, kita tidak boleh terlalu cepat berasumsi bahwa yang dijelaskan di sini benar-benar pemusnahan. [2] Petrus sedang memakai gambaran zaman-akhir yang biasa ditemukan dalam perkataan-perkataan nubuat Perjanjian Lama untuk meyakinkan pembacanya tentang penghakiman Allah yang akan datang. Nabi-nabi Perjanjian Lama dan literatur Yahudi Bait Suci Kedua sering memakai gambaran api untuk merujuk pada pemurnian orang benar maupun pemusnahan segala kejahatan.[3]

Tafsiran tentang 2 Petrus 2:7,10 dan 2 Petrus 3:12 yang sesuai dengan konvensi-konvensi literatur apokaliptik akan memahami gambaran api dan nyala api sebagai metafora untuk proses Allah memisahkan yang baik dari yang jahat.[4] Seperti itulah cara Petrus memakai gambaran api dalam suratnya yang pertama, yang mengingatkan para pembacanya bahwa, seperti emas, mereka juga akan diuji dengan api; orang yang berhasil melalui ujian api ini akan memperoleh pujian dan kehormatan dari Allah (1 Petrus 1:5-7). Ayat-ayat ini tidak menyatakan bahwa langit dan bumi akan benar-benar dimusnahkan, tetapi bahwa segala kejahatan akan benar-benar lenyap atau tidak ada lagi. Demikian pula, Petrus dengan cermat menggambarkan dunia dengan istilah-istilah transformasi (perubahan bentuk) dan proses pengujian: “hancur”, “hangus oleh nyala api”, “penghakiman”, “dipelihara untuk api.” Douglas Moo menunjukkan bahwa kata yang digunakan Petrus untuk “dissolved” (hancur) di 2 Petrus 3:10-12, luō, tidak berarti pemusnahan, tetapi berbicara tentang perubahan radikal. Ia berpendapat bahwa terjemahan alternatifnya mungkin “undone” (dibongkar).[5]

Acuan Petrus kepada air bah pada zaman Nuh (2 Petrus 3:5-6) seharusnya memperingatkan kita agar tidak mengartikan “banjir besar” sebagai pemusnahan total. Dunia tidak hilang lenyap, tetapi hanya dibersihkan dari segala kejahatan manusia. Kebaikan manusia—yang terbatas pada Nuh, keluarganya, harta benda mereka, dan pekerjaan mereka merawat binatang-binatang di dalam bahtera—tetap ada/dipelihara, dan kehidupan pun dimulai lagi di bumi ini.

Akhirnya, pandangan positif Petrus tentang masa depan terakhir menggambarkan pembaruan tatanan materi: “Namun, sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran” (2 Petrus 3:13). Ini bukan dunia yang lebih rendah yang lemah dan tanpa tubuh, melainkan dunia baru yang terdiri dari “langit” maupun “bumi.” Di dalam 2 Petrus 3:10 kita membaca bahwa “bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap (disclosed).” Disclosed, bukan destroyed (musnah). Jadi, sekalipun sudah terbakar, “pekerjaan” akan tinggal tetap.

Ini tidak berarti bahwa surat 2 Petrus merupakan sumber utama untuk teologi nilai kekal pekerjaan saat ini, tetapi bahwa hanya surat 2 Petrus yang konsisten dengan teologi semacam itu.[6] Meskipun kita mungkin tidak mendapat informasi sebanyak yang kita inginkan, bagi Petrus jelas ada semacam kontinuitas antara yang kita lakukan di bumi sekarang ini dengan yang akan kita alami di masa yang akan datang. Segala yang jahat akan hilang lenyap sama sekali, tetapi segala yang benar akan menemukan rumah permanen di dalam ciptaan baru. Api tidak hanya menghanguskan, tetapi juga membersihkan. Kehancuran tidak menandakan berakhirnya pekerjaan. Namun, pekerjaan yang dilakukan bagi Allah akan menemukan akhir yang sesungguhnya di langit baru dan bumi baru.