Kerajaan Allah Terlihat di Tempat Kerja (Lukas 1-5)
Tafsiran Alkitab / Dibuat oleh Proyek Teologi Kerja
Allah Bekerja (Lukas 1, 2, dan 4)
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar IsiHari yang Mengejutkan di Tempat Kerja Zakharia (Lukas 1:8-25)
Injil Lukas dimulai di tempat kerja. Hal ini melanjutkan sejarah panjang kemunculan Yahweh di tempat kerja (misalnya, Kejadian 2:19-20; Keluaran 3:1-5). Zakharia dikunjungi oleh malaikat Gabriel pada hari kerja terpenting dalam hidupnya — hari dimana ia dipilih untuk melayani di tempat suci Bait Suci Yerusalem (Lukas 1:8). Meskipun kita mungkin tidak terbiasa menganggap bait suci sebagai tempat kerja, para imam dan orang Lewi di sana melakukan pekerjaan penjagalan (hewan kurban tidak membunuh dirinya sendiri), memasak, menjaga kebersihan, akuntansi, dan berbagai macam kegiatan lainnya. Bait Suci bukan sekedar pusat keagamaan, namun juga pusat kehidupan ekonomi dan sosial bangsa Yahudi. Zakharia sangat terpengaruh oleh perjumpaannya dengan Allah—ia tidak mampu berbicara sampai ia memberikan kesaksian tentang kebenaran firman Allah.
Gembala yang Baik Muncul di Tengah-tengah Para Gembala (Lukas 2:8-20)
Perjumpaan di tempat kerja berikutnya terjadi beberapa mil jauhnya dari bait suci. Sekelompok gembala yang mengawasi kawanan ternaknya di malam hari dikunjungi oleh malaikat yang mengumumkan kelahiran Yesus (Lukas 2:9). Para penggembala pada umumnya dianggap hina, dan orang lain memandang rendah mereka. Tapi Allah berkenan atas mereka. Seperti Imam Zakharia, hari kerja para gembala diinterupsi oleh Allah dengan cara yang mengejutkan. Lukas menggambarkan suatu kenyataan di mana perjumpaan dengan Allah tidak hanya dilakukan pada hari Minggu, retret, atau perjalanan misi. Sebaliknya, setiap momen muncul sebagai momen potensial di mana Allah dapat mengungkapkan diri-Nya. Pekerjaan sehari-hari bisa menumpulkan indera rohani kita, seperti orang-orang se-generasi Lot yang rutinitas “makan dan minum, jual beli, menanam dan membangun”-nya membutakan mereka terhadap penghakiman yang akan datang atas kota mereka (Lukas 17:28-30).[1] Namun Allah sanggup mendobrak kehidupan sehari-hari dengan kebaikan dan kemuliaan-Nya.Deskripsi Pekerjaan Yesus: Raja (Lukas 1:26-56, 4:14-22)
Jika terasa aneh bagi Allah untuk mengumumkan rencana-Nya untuk menyelamatkan dunia di tengah-tengah dua tempat kerja itu, mungkin kelihatan lebih aneh lagi bahwa Dia memperkenalkan Yesus dengan sebuah deskripsi pekerjaan. Tapi Dia melakukannya, ketika malaikat Gabriel memberitahu Maria bahwa ia akan melahirkan seorang anak laki-laki. “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Allah Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapak leluhur-Nya, dan Ia akan memerintah atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan" (Lukas 1:32-33).
Meskipun kita mungkin tidak terbiasa menganggap “raja Israel” sebagai pekerjaan Yesus, namun yang pasti ini adalah pekerjaan-Nya menurut Injil Lukas. Rincian pekerjaan-Nya sebagai raja yang diberikan: Dia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Allah Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapak leluhur-Nya, dan Dia akan memerintah atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan, serta menunjukkan belas kasihan kepada keturunan Abraham (Lukas 1:51-55). Ayat-ayat terkenal ini, yang sering disebut Magnificat, menggambarkan Yesus sebagai seorang raja yang menjalankan kekuasaan ekonomi, politik, dan bahkan mungkin militer. Berbeda dengan raja-raja korup di dunia yang telah jatuh ke dalam dosa, Dia menggunakan kekuasaan-Nya untuk memberi manfaat bagi rakyat-Nya yang paling rentan. Dia tidak menjilat orang-orang yang berkuasa dan mempunyai koneksi baik demi menopang dinasti-Nya. Dia tidak menindas rakyat-Nya atau mengenakan pajak kepada mereka untuk mendukung kebiasaan-kebiasaan mewah. Dia mendirikan sebuah wilayah yang dikelola dengan baik dimana tanah tersebut menghasilkan hal-hal baik bagi semua orang, keamanan bagi umat Allah, dan belas kasihan bagi mereka yang bertobat dari kejahatan. Dialah raja yang tidak pernah dimiliki Israel.
Di kemudian hari, Yesus meneguhkan uraian tugas ini ketika Dia menggunakan Yesaya 61:1-2 untuk menggambarkan diri-Nya sendiri. “Roh Allah ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Allah telah datang." (Lukas 4:18-19). Ini adalah tugas politik dan pemerintahan. Oleh karena itu, setidaknya dalam Lukas, pekerjaan Yesus lebih berkaitan erat dengan pekerjaan politik masa kini dibandingkan dengan profesi pastoral atau keagamaan di masa kini.[2] Yesus sangat menghormati para imam dan peran khusus mereka dalam tatanan Allah, namun Dia pada dasarnya tidak mengidentifikasi diri-Nya sebagai salah satu dari mereka (Lukas 5:14; 17:14).
Tugas yang Yesus nyatakan bagi diri-Nya bermanfaat bagi orang-orang yang membutuhkan. Berbeda dengan para penguasa di dunia yang sudah jatuh dalam dosa, Dia memerintah atas nama orang-orang miskin, orang-orang yang dipenjarakan, orang-orang buta, orang-orang yang tertindas, dan orang-orang yang berhutang (yang tanahnya dikembalikan kepada mereka pada tahun perkenanan Allah; lihat Imamat 25 :8-13). Kepedulian-Nya bukan hanya pada masyarakat yang sangat membutuhkan saja. Dia peduli terhadap orang-orang di setiap posisi dan kondisi, seperti yang akan kita lihat. Namun kepedulian-Nya terhadap masyarakat miskin, mereka yang menderita, dan mereka yang tidak berdaya membedakan-Nya secara jelas dengan para penguasa yang akan Dia gantikan.
Yohanes Pembaptis Mengajarkan Etika di Tempat Kerja (Lukas 3:8-14)
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar IsiSebagian besar isi Injil Lukas berisi pengajaran Yesus. Kebetulan, pengajaran pertama dalam Lukas secara langsung berkaitan dengan kerja, meskipun pengajaran tersebut berasal dari Yohanes Pembaptis dan bukan dari Yesus. Yohanes menasihati para pendengarnya “hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan” (Lukas 3:8) agar mereka tidak dihakimi. Ketika mereka bertanya secara spesifik, “Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?” (Lukas 3:10, 12, 14), Yohanes memberikan tanggapan ekonomi, bukan agama. Pertama, ia menyuruh mereka yang mempunyai harta berlimpah (dua helai baju atau makanan yang cukup) untuk berbagi dengan mereka yang tidak memiliki apa pun (Lukas 3:10). Ia kemudian memberikan instruksi kepada pemungut pajak dan tentara, berkaitan langsung dengan pekerjaan mereka. Pemungut pajak harus memungut pajak sesuai dengan kewajibannya saja, bukan menambah tagihan pajak dan mengantongi selisihnya. Tentara tidak boleh menggunakan kekuasaannya untuk memeras uang dan menuduh orang secara tidak benar. Mereka harus puas dengan gajinya (Lukas 3:13-14).
Ketika Yohanes mengatakan kepada para pemungut pajak, "Jangan menagih lebih banyak daripada yang telah ditentukan bagimu" (Lukas 3:13), ia sedang melontarkan kata-kata radikal kepada suatu profesi yang ditandai dengan ketidakadilan yang sudah mengakar dan sistemik. Pajak di seluruh Palestina dikumpulkan melalui suatu sistem “tax farming” di mana gubernur dan pejabat tingkat tinggi lainnya melakukan outsourcing hak untuk memungut pajak di yurisdiksi mereka.[1] Untuk memenangkan kontrak, seorang calon pemungut pajak harus setuju untuk memberi pejabat tersebut jumlah tertentu di atas pajak Romawi yang sebenarnya. Demikian pula, keuntungan yang diperoleh para pemungut pajak adalah jumlah yang mereka bebankan melebihi jumlah yang mereka berikan kepada pejabat pemerintah. Karena masyarakat tidak bisa mengetahui berapa sebenarnya pajak Romawi, mereka harus membayar berapa pun yang dinilai oleh pemungut pajak. Sulit untuk menahan godaan untuk memperkaya diri sendiri, dan hampir mustahil memenangkan tender tanpa menawarkan keuntungan besar kepada pejabat pemerintah.
Perhatikan bahwa Yohanes tidak menawarkan kepada mereka pilihan untuk berhenti menjadi pemungut pajak. Situasi serupa terjadi pada orang-orang yang disebut Lukas sebagai “prajurit”. Mereka mungkin bukan tentara Romawi yang disiplin, melainkan tentara Herodes, yang pada waktu itu memerintah Galilea sebagai raja klien Roma. Para tentara Herodes dapat (dan memang) menggunakan otoritas mereka untuk mengintimidasi, memeras, dan mendapatkan keuntungan pribadi. Instruksi Yohanes kepada para pekerja ini adalah untuk membawa keadilan kepada sistem yang ditandai dengan ketidakadilan yang sangat mendalam. Kita tidak boleh meremehkan betapa sulitnya hal itu. Memegang kewarganegaraan dalam kerajaan Allah sambil hidup di bawah kekuasaan raja-raja dunia yang sudah jatuh dalam dosa bisa menjadi hal yang berbahaya dan sulit.
Perhatikan juga bahwa para pemungut pajak dan tentara menanggapi pengumuman Yohanes tentang penghakiman Allah dengan bertanya, “Guru, apakah yang harus kami perbuat?” Mereka menanyakan pertanyaan ini sebagai kelompok (“kami”) yang memiliki pekerjaan yang sama. Bisakah kelompok pekerja saat ini melakukan hal yang sama?
guru sekolah bertanya, “Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?”
eksekutif bisnis bertanya, “Apa yang harus kami lakukan?”
pegawai toko kelontong bertanya, “Apa yang harus kami lakukan?”
pekerja kantoran bertanya, “Apa yang harus kami lakukan?”
Teks ini mengajak kita untuk memahami maksud Allah dalam pekerjaan kita yang spesifik, bukan hanya untuk kerja secara umum. Bagaimana kita, dalam pekerjaan kita saat ini, menanggapi panggilan Injil?
Dalam perikop tersebut, seorang pemimpin agama—nabi Yohanes Pembaptis—memiliki kredibilitas yang cukup di mata kelompok pekerja—pemungut pajak dan tentara—sehingga mereka bersedia menerima masukannya mengenai etika mereka di tempat kerja. Dapatkah kelompok pekerja saat ini mendapatkan bantuan dari para pemimpin agama – atau dari orang-orang yang mempunyai kemampuan alkitabiah/teologis di antara mereka sendiri – untuk saling memahami apa yang Allah maksudkan dalam pekerjaan mereka? Yesus sendiri berjanji untuk membimbing mereka yang berkumpul untuk mendapatkan bimbingan, “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka” (Matius 18:20).
Artikel “The Equipping Church” mengeksplorasi bagaimana gereja-gereja dapat membantu para pekerja dalam pekerjaan umum mengenali dan bertindak berdasarkan maksud Allah dalam pekerjaan mereka.
Yesus Dicobai Agar Batal Melayani Allah (Lukas 4:1-13)
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar IsiTepat sebelum Yesus memulai pekerjaan-Nya sebagai raja, Iblis mencobai Dia untuk meninggalkan kesetiaan-Nya kepada Allah. Yesus pergi ke padang gurun, di mana Dia berpuasa selama empat puluh hari (Lukas 4:2). Kemudian Dia menghadapi pencobaan yang sama yang dihadapi bangsa Israel di padang gurun Sinai. (Jawaban yang Yesus berikan kepada Iblis semuanya merupakan kutipan dari Ulangan 6-8, yang menceritakan kisah Israel di padang gurun.) Pertama, Dia dicobai untuk percaya pada kekuatan-Nya sendiri untuk memenuhi kebutuhan-Nya, ketimbang bergantung pada pemeliharaan Allah (Lukas 4:1-3; Ulangan 8:3, 17-20). “Karena Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti.” (Lukas 4:3). Kedua, Dia dicobai untuk mengalihkan kesetiaan-Nya kepada seseorang (Iblis) yang menggoda-Nya dengan jalan pintas menuju kekuasaan dan kemuliaan (Lukas 4:5-8; Ulangan 6:13; 7:1-26). “Jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu.” Ketiga, Dia dicobai untuk mempertanyakan apakah Allah benar-benar menyertai-Nya, dan karena itu mencoba memaksa Allah turun tangan dalam keputusasaan (Lukas 4:9-12; Ulangan 6:16-25). “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah,” (dari Bait Allah). Berbeda dengan Israel, Yesus menolak godaan ini dengan mengandalkan firman Allah. Umat Israel seharusnya menjadi manusia seperti Dia –seperti Adam dan Hawa sebelumnya, namun hal itu tidak pernah terjadi.
Seperti halnya pencobaan yang dialami Israel dalam Ulangan 6-8, pencobaan ini tidak hanya terjadi pada Yesus saja. Dia mengalaminya sama seperti kita semua. “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita. Sebaliknya sama seperti kita, Ia telah dicobai, hanya saja Ia tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:15). Seperti Israel, dan seperti Yesus, kita bisa memperkirakan akan mengalami godaan, baik dalam pekerjaan maupun dalam seluruh kehidupan.
Godaan untuk bekerja semata-mata untuk memenuhi kebutuhan sendiri sangat tinggi di tempat kerja. Bekerja dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan kita (2 Tesalonika 3:10), namun bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan kita. Kerja kita dimaksudkan untuk melayani orang lain juga. Berbeda dengan Yesus, kita tidak mempunyai pilihan untuk melayani diri sendiri menggunakan mukjizat. Namun kita bisa tergoda untuk bekerja secukupnya demi mendapatkan gaji, berhenti ketika keadaan menjadi sulit, mengabaikan bagian beban kerja yang kita emban, atau mengabaikan beban yang dipaksakan oleh kebiasaan kerja kita yang buruk kepada orang lain. Godaan untuk mengambil jalan pintas juga tinggi di tempat kerja.
Godaan untuk mempertanyakan kehadiran dan kuasa Allah dalam pekerjaan kita mungkin merupakan godaan terbesar. Yesus dicobai untuk menguji Allah dengan memaksakan tangannya. Kita dicobai dengan hal yang sama ketika kita menjadi malas atau melakukan hal-hal yang bodoh dan berharap Allah menjaga kita. Kadang-kadang hal ini terjadi ketika seseorang memutuskan bahwa Allah telah memanggilnya kepada suatu profesi atau posisi, dan kemudian duduk menunggu Allah mewujudkannya. Namun kita mungkin lebih dicobai untuk tidak lagi mengharapkan kehadiran dan kuasa Allah dalam pekerjaan kita. Kita mungkin berpikir pekerjaan kita tidak ada artinya bagi Allah, atau Allah hanya peduli pada kehidupan bergereja kita, atau kita tidak bisa berdoa memohon pertolongan Allah dalam aktivitas kerja sehari-hari. Yesus mengharapkan Allah untuk berpartisipasi dalam pekerjaan-Nya setiap hari, namun Dia tidak menuntut Allah melakukan pekerjaan itu untuk-Nya.
Keseluruhan episode dimulai dengan Roh Allah memimpin Yesus ke padang gurun untuk berpuasa selama empat puluh hari. Dulu, seperti sekarang, berpuasa dan retret merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah sebelum memulai perubahan besar dalam hidup. Yesus akan memulai pekerjaan-Nya sebagai raja, dan Dia ingin menerima kuasa, hikmat, dan hadirat Allah sebelum memulainya. Ini berhasil. Ketika Iblis mencobai Yesus, Dia telah menghabiskan empat puluh hari dalam roh Allah. Dia sepenuhnya siap untuk melawan. Namun, berpuasa juga membuat godaan tersebut semakin mendalam. “Ia lapar” (Lukas 4:2). Pencobaan sering kali datang kepada kita jauh lebih cepat dari yang kita perkirakan, bahkan pada awal kehidupan kerja kita. Kita mungkin dicobai untuk mengikuti skema cepat kaya, ketimbang memulai dari bawah dalam profesi yang benar-benar produktif. Kita mungkin berhadapan langsung dengan kelemahan kita sendiri untuk pertama kalinya, dan tergoda untuk mengimbanginya dengan berbuat curang, menindas, atau menipu. Kita mungkin berpikir kita tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan dengan keterampilan yang kita miliki, sehingga kita tergoda untuk memberikan gambaran yang salah atau mengarang kualifikasi. Kita mungkin mengambil posisi yang menguntungkan namun tidak memuaskan “hanya untuk beberapa tahun, sampai saya mapan,” dalam khayalan bahwa kita nantinya akan melakukan sesuatu yang lebih sesuai dengan panggilan kita.
Persiapan adalah kunci kemenangan atas pencobaan. Pencobaan biasanya datang tanpa peringatan. Anda mungkin diperintahkan untuk mengirimkan laporan palsu. Anda mungkin ditawari informasi rahasia hari ini yang akan diketahui publik besok. Pintu yang tidak terkunci mungkin menawarkan kesempatan mendadak untuk mengambil sesuatu yang bukan milik Anda. Tekanan untuk ikut bergosip tentang rekan kerja mungkin muncul secara tiba-tiba saat istirahat makan siang. Persiapan terbaik adalah dengan membayangkan skenario yang mungkin terjadi sebelumnya dan, dalam doa, rencanakan bagaimana menanggapinya, bahkan mungkin menuliskannya bersama dengan tanggapan yang Anda serahkan kepada Allah. Perlindungan lainnya adalah memiliki sekelompok orang yang mengenal Anda secara dekat, yang dapat Anda hubungi dalam waktu singkat untuk mendiskusikan godaan Anda. Jika Anda dapat memberi tahu mereka sebelum Anda bertindak, mereka mungkin membantu Anda melewati godaan tersebut. Yesus, yang berada dalam persekutuan dengan Bapa-Nya dalam kuasa Roh Kudus, menghadapi pencobaan-pencobaan tersebut dengan dukungan dari komunitas sejawat-Nya – jika kita boleh menggambarkan Allah Tritunggal seperti itu.
Pencobaan-pencobaan yang kita alami tidak identik dengan yang dialami Yesus, walaupun pencobaan-pencobaan tersebut memiliki kesamaan yang luas. Kita semua mempunyai pencobaan masing-masing, besar atau kecil, bergantung pada siapa kita, keadaan kita, dan sifat pekerjaan kita. Tidak seorang pun di antara kita yang merupakan Anak Allah, namun cara kita menanggapi pencobaan mempunyai konsekuensi yang mengubahkan hidup. Bayangkan konsekuensinya jika Yesus menyimpang dari panggilan-Nya sebagai raja Allah dan menghabiskan hidup-Nya dengan menciptakan kemewahan bagi diri-Nya sendiri, atau melakukan perintah penguasa kejahatan, atau bermalas-malasan menunggu Bapa melakukan pekerjaan-Nya bagi-Nya.
Yesus Memanggil Orang-Orang di Tempat Kerja (Lukas 5:1-11; 27-32)
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar IsiYesus dua kali pergi ke tempat kerja orang untuk memanggil mereka agar mengikut Dia. Yang pertama adalah ketika Yesus meminta beberapa nelayan untuk menghentikan pekerjaan mereka dan membiarkan Dia menggunakan perahu mereka sebagai podium. Kemudian Dia memberi mereka beberapa tips menjala ikan yang bagus dan tiba-tiba memanggil mereka untuk menjadi murid pertama-Nya (Lukas 5:1-11). Yang kedua ketika Dia memanggil Lewi yang sedang bekerja memungut pajak (Lukas 5:27-32). Orang-orang ini dipanggil untuk mengikut Yesus dengan meninggalkan profesinya. Kita cenderung menganggap mereka sebagai pekerja gereja penuh waktu, namun “duta” penuh waktu (2 Korintus 5:20) adalah gambaran yang lebih akurat. Meskipun individu-individu ini dipanggil untuk melakukan pekerjaan tertentu dalam kerajaan Yesus, Lukas tidak mengatakan bahwa beberapa panggilan (misalnya, berkhotbah) lebih tinggi daripada panggilan lainnya (misalnya, menjadi nelayan). Beberapa pengikut Yesus—seperti Petrus, Yohanes, dan Lewi—mengikuti Yesus dengan meninggalkan pekerjaan mereka saat itu (Lukas 5:11). Kita akan segera bertemu dengan orang lain—seperti Maria dan Marta (Lukas 10:38-41), seorang pemungut cukai lainnya bernama Zakheus (Lukas 19:1-10) dan seorang perwira militer Romawi (Lukas 1-10)—yang mengikuti Yesus dengan menjalani hidup yang berubah dalam pekerjaan mereka saat ini. Dalam satu kasus (Lukas 8:26-39), Yesus memerintahkan seseorang untuk tidak meninggalkan rumahnya dan bepergian bersama-Nya.
Mereka yang bepergian bersama Yesus tampaknya berhenti bekerja mencari upah dan bergantung pada sumbangan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka (Lukas 9:1-6; 10:1-24). Namun ini bukanlah tanda bahwa bentuk tertinggi dari pemuridan adalah meninggalkan pekerjaan kita. Ini adalah panggilan khusus bagi orang-orang ini dan sebagai pengingat bahwa semua pemeliharaan kita berasal dari Allah, meskipun Dia biasanya menyediakan kebutuhan kita melalui pekerjaan konvensional. Ada banyak model untuk mengikuti Kristus dalam berbagai pekerjaan kita.
Selain menampakkan diri di tempat kerja, Yesus juga banyak menyampaikan perumpamaan-Nya di tempat kerja, antara lain perumpamaan tentang kantong anggur yang baru (Lukas 5:36-39), para pembangun yang bijaksana dan yang bodoh (Lukas 6:46-49), para penabur ( Lukas 8:4-15), hamba-hamba yang berjaga-jaga (Lukas 12:35-41), hamba yang jahat (Lukas 12:42-47), biji sesawi (Lukas 13:18-19), ragi (Lukas 13: 20-21), domba yang hilang (Lukas 15:1-7), dirham yang hilang (Lukas 15:8-10), anak yang hilang (Lukas 15:11-32), dan penggarap yang jahat (Lukas 20:9 -19). Tempat kerja adalah tempat yang digunakan Yesus sebagai contoh ketika Dia ingin mengatakan, “Kerajaan Allah itu seperti …” Ayat-ayat ini umumnya tidak dimaksudkan untuk mengajarkan tentang tempat kerja dalam ayat-ayat tersebut, meskipun terkadang ayat-ayat ini memberikan sedikit panduan di tempat kerja. Sebaliknya, Yesus menggunakan aspek-aspek familiar di tempat kerja terutama untuk menyampaikan poin-poin tentang kerajaan Allah yang melampaui situasi khusus dalam perumpamaan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan biasa mempunyai arti dan nilai yang besar di mata Yesus. Kalau tidak, maka tidak masuk akal untuk menggambarkan kerajaan Allah dengan istilah tempat kerja.
Untuk informasi lebih lanjut tentang panggilan Yesus terhadap para murid, lihat "Markus 1:16-20" dalam Markus dan Kerja dan "Matius 3-4" dalam Matius dan Kerja di https://www.teologikerja.org/. Untuk informasi lebih lanjut mengenai panggilan secara umum, lihat artikel Vocation Overview di https://www.teologikerja.org/.