Bootstrap

Iman yang Patut Diteladani: Abraham Percaya pada Janji Allah (Roma 4)

Tafsiran Alkitab / Dibuat oleh Proyek Teologi Kerja
Sunset 290191 620 copy

Seperti yang telah kita lihat dalam Roma 1-3, salib Kristus membawa keselamatan bagi semua orang—baik orang Yahudi maupun non-Yahudi. Di dalam Kristus, Allah mengembalikan semua manusia ke dalam hubungan yang benar dengan Allah dan satu sama lain tanpa memperhatikan ketentuan hukum Yahudi. Oleh karena itu, fokus utama Paulus di seluruh surat Roma adalah menolong orang-orang Kristen yang terpecah belah dan berselisih di Roma untuk mendamaikan hubungan mereka yang rusak agar dapat hidup dengan setia sesuai dengan apa yang telah dicapai Allah di dalam Kristus.

Namun, penafsiran mengenai kematian Kristus ini menimbulkan masalah bagi Paulus, karena ia menulis surat ini bukan hanya kepada orang-orang non-Yahudi yang tidak disunat tetapi juga kepada orang-orang Yahudi yang disunat, yang menganggap hukum masih penting. Lebih jauh lagi, penafsiran Paulus tampaknya mengabaikan kisah Abraham, yang dianggap sebagai “bapak” orang Yahudi, yang pada kenyataannya disunat sebagai tanda perjanjiannya dengan Allah (Kej. 17:11). Bukankah kisah Abraham menunjukkan bahwa untuk memasuki perjanjian Allah diperlukan sunat pada laki-laki bagi semua orang, baik Yahudi maupun non-Yahudi?

“Tidak,” bantah Paulus dalam Roma 4. Menafsirkan kisah Abraham dari Kejadian 12:1–3, 15:6, dan 17:1–14, Paulus menyimpulkan bahwa Abraham mrmiliki iman bahwa Allah akan menepati firman-Nya dan menjadikan Abraham yang tidak mempunyai anak sebagai bapak banyak bangsa melalui istrinya yang mandul, Sarah. Akibatnya, Allah memperhitungkan iman Abraham sebagai kebenaran (Rm. 4:3, 9, 22). Paulus mengingatkan para pembacanya bahwa pengakuan Allah atas kebenaran Abraham terjadi jauh sebelum Abraham disunat, yang terjadi di kemudian hari sebagai tanda imannya yang sudah ada kepada Allah (Rm. 4:10-11).

Dengan kata lain, pada saat itu Allah menganggap iman Abraham sebagai pemulihan hubungannya dengan Allah, Abraham mempunyai status yang sama dengan orang non-Yahudi yang tidak disunat dalam dunia Paulus. Jadi, Paulus menyimpulkan, Abraham menjadi bapa orang Yahudi dan non-Yahudi melalui kebenaran iman, bukan kebenaran berdasarkan hukum Yahudi (Rm. 4:11-15).

Teladan Abraham dalam Roma 4 memberikan harapan besar bagi umat Kristen terhadap kerja dan tempat kerja kita. Teladan Abraham dalam mempercayai janji-janji Allah—walaupun keadaan sulit dan rintangan yang tampaknya mustahil—meneguhkan agar kepercayaan kita tidak goyah ketika kita menghadapi tantangan di tempat kerja atau ketika Allah tampaknya tidak hadir (lihat Rm. 4:19). Allah tidak serta merta menggenapi janji kepada Abraham, yang semakin mendorong kita untuk bersabar menantikan Allah memperbaharui atau menebus keadaan hidup kita.