Bootstrap

Injil Keselamatan—Panggilan Paulus (Roma 1:1–17)

Tafsiran Alkitab / Dibuat oleh Proyek Teologi Kerja
Churches 180864 620

Ayat pembuka kitab Roma mengumumkan panggilan Paulus sendiri, pekerjaan yang Allah panggil untuk ia lakukan: mewartakan Injil Allah dalam perkataan dan perbuatan. Jadi apakah Injil Allah itu? Paulus mengatakan bahwa Injil Allah adalah “kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya dinyatakan pembenaran oleh Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: “Orang benar akan hidup oleh iman." (Rom. 1:17 TB). Bagi Paulus, Injil lebih dari sekedar kata-kata—injil adalah kuasa Allah yang menyelamatkan. Ia menekankan bahwa keselamatan ini bukan hanya untuk satu kelompok orang tetapi dimaksudkan untuk menolong siapa pun di bumi untuk menjadi umat Allah, melalui iman. Maka, kitab Roma terutama membahas tentang keselamatan dari Allah.

Apakah keselamatan itu? Keselamatan adalah karya Allah yang menempatkan manusia dalam hubungan yang benar dengan Allah dan dengan satu sama lain. Seperti yang akan kita lihat sebentar lagi, kita diselamatkan dari hubungan yang rusak—dengan Allah dan dengan sesama—yang melepaskan kekuatan jahat berupa dosa dan kematian ke dunia. Karenanya, keselamatan pertama-tama adalah disembuhkannya hubungan yang rusak, dimulai dengan penyembuhan yang mendamaikan Sang Pencipta dan ciptaan, Allah dan kita. Rekonsiliasi kita dengan Allah mengakibatkan kita terbebas dari dosa dan hidup baru yang tidak dibatasi oleh kematian.

Orang-orang Kristen terkadang mereduksi Injil keselamatan Paulus menjadi sesuatu seperti, “Percayalah kepada Yesus sehingga Anda secara pribadi bisa masuk surga ketika Anda meninggal.” Ini memang benar, namun sangat tidak memadai. Pertama-tama, pernyataan seperti itu tidak mengatakan apa pun tentang relasi selain antara individu dan Allah, namun Paulus tidak pernah berhenti berbicara tentang hubungan antar manusia dan antara manusia dan ciptaan Allah lainnya. Dan Paulus mengatakan lebih banyak lagi tentang iman, tentang kehidupan di dalam Yesus, tentang kerajaan Allah, dan tentang kualitas hidup sebelum dan sesudah kematian ketimbang yang dapat diringkas dalam satu slogan.

Demikian pula keselamatan tidak dapat direduksi menjadi satu momen saja. Paulus mengatakan bahwa kita “diselamatkan” (Rm. 8:24) dan bahwa kita “akan diselamatkan” (misalnya, Rm. 5:9). Keselamatan adalah suatu proses yang terus-menerus dan bukan suatu peristiwa yang terjadi sekali saja. Allah berinteraksi dengan setiap orang dalam tarian rahmat ilahi dan kesetiaan manusia sepanjang waktu. Tentu saja ada saat-saat yang menentukan dalam proses diselamatkan. Momen sentralnya adalah kematian Kristus di kayu salib dan kebangkitan dari antara orang mati. Kita “diperdamaikan dengan Allah melalui kematian Anak-Nya,” kata Paulus kepada kita (Rm. 5:10), dan “Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana” (Rm. 8:11).

Masing-masing dari kita mungkin juga menganggap saat pertama kali kita mengatakan kita percaya kepada Kristus sebagai momen yang menentukan dalam keselamatan kita. Namun surat Roma tidak pernah berbicara tentang momen keselamatan pribadi, seolah-olah keselamatan terjadi pada kita di masa lalu dan sekarang berada dalam penyimpanan sampai Kristus datang kembali. Paulus menggunakan bentuk lampau keselamatan hanya untuk berbicara tentang kematian dan kebangkitan Kristus, yaitu momen ketika Kristus membawa keselamatan kepada dunia. Ketika membahas setiap orang percaya, Paulus berbicara tentang proses keselamatan yang berkelanjutan, selalu dalam bentuk waktu sekarang atau masa depan. “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku sehingga diselamatkan” (Rm. 10:10). Bukan “percaya” dan “mengaku,” dalam bentuk lampau, tapi “percaya” dan “mengaku,” dalam bentuk sekarang. Hal ini mengarah langsung kepada, “siapa saja yang berseru kepada nama Tuhan, akan diselamatkan,” dalam bentuk kalimat masa depan (Rm. 10:13). Keselamatan bukanlah sesuatu yang diberikan kepada kita. Keselamatan terus menerus diberikan kepada kita.

Kita bersusah payah menekankan tindakan keselamatan yang berkelanjutan karena kerja adalah salah satu tempat utama di mana kita bertindak dalam kehidupan. Jika keselamatan adalah sesuatu yang hanya terjadi pada kita di masa lalu, maka apa yang kita lakukan di tempat kerja (atau di mana pun dalam hidup) tidak akan relevan. Namun jika keselamatan adalah sesuatu yang terus terjadi dalam hidup kita, maka itu akan membuahkan hasil dalam pekerjaan kita. Lebih tepatnya, karena keselamatan adalah rekonsiliasi dari hubungan-hubungan yang rusak, maka hubungan kita dengan Allah, dengan sesama, dan dengan dunia ciptaan (seperti di mana pun dalam hidup) akan menjadi lebih baik seiring dengan berjalannya proses keselamatan. Sebagai contoh saja, keselamatan kita terlihat ketika kita berani mengungkapkan kebenaran yang tidak populer, mendengarkan pandangan orang lain dengan penuh belas kasihan, membantu rekan kerja mencapai tujuan mereka, dan menghasilkan produk kerja yang membantu orang lain berkembang.

Apakah ini berarti kita harus bekerja—dan terus bekerja—untuk diselamatkan? Sama sekali tidak! Keselamatan datang hanya melalui “anugerah Allah dan karunia-Nya yang dilimpahkan-Nya atas banyak orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus” (Rm. 5:15). Hal itu “berdasarkan iman” (Rm. 4:16) dan bukan pada yang lain. Seperti yang dikatakan N. T. Wright, “Bahasa atau terminologi apa pun yang kita gunakan untuk berbicara tentang anugerah besar yang telah diberikan oleh satu-satunya Allah yang benar kepada umat-Nya di dalam dan melalui Yesus Kristus, itu tetaplah sebuah anugerah. Itu bukanlah sesuatu yang bisa kita upayakan. Kita tidak akan pernah bisa membuat Allah berhutang kepada kita; kita selalu berhutang kepada-Nya.”[1] Kita tidak bekerja untuk diselamatkan. Namun karena kita diselamatkan, kita melakukan pekerjaan yang menghasilkan buah bagi Allah (Rm. 7:4). Kita akan kembali ke pertanyaan tentang bagaimana keselamatan diberikan kepada kita dalam bagian “Penghakiman, Keadilan, dan Iman” di bawah dalam Roma 3.

Singkatnya, keselamatan adalah karya utama Kristus di dunia, tujuan yang selalu “dikejar” oleh orang-orang percaya, seperti yang Paulus katakan (Filipi 3:12). Keselamatan mendasari segala sesuatu yang Paulus dan semua orang percaya lakukan dalam pekerjaan dan kehidupan.