Bootstrap

Yesaya dan Pekerjaan

Tafsiran Alkitab / Dibuat oleh Proyek Teologi Kerja
Isaiah bible commentary

Pengantar Kitab Yesaya

Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar Isi

Nabi Yesaya menerima penglihatan tentang Allah — tentang kuasa-Nya yang dahsyat, keagungan-Nya yang mulia, serta kekudusan-Nya yang meyucikan. Sekilas penglihatan tentang keagungan Allah itu menyadarkan Yesaya betapa kecil keberadaan dirinya dan bangsanya. “Celaka aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir,” (Yesaya 6:5). Dengan sekilas melihat siapa Allah sesuai yang Alkitab tunjukkan, kita akan dibersihkan dari keangkuhan diri dan ketidakcukupan penyembahan kita yang hanya di bibir saja. Kita jadi bisa melihat dengan jelas, apa yang sesungguhnya berharga di dalam hidup ini. Cara kita hidup, berbisnis, menyembah, juga diubahkan. Saat kita mengerti siapa Allah dan siapa kita di hadapan-Nya, kita akan menjadi orang dengan nilai-nilai dan etos kerja yang diubahkan.

Secara spesifik, kitab Yesaya memberikan gambaran yang jelas, dan kadang menakutkan, tentang apa yang Allah harapkan dari para pemimpin. Bisa dibilang, kitab ini merupakan tinjauan panjang lebar —yang kebanyakan buruk— atas kinerja para raja dan pemimpin Israel dan Yehuda.[1] Dunia kerja modern sangat berbeda dengan dunia kerja pada zaman Israel kuno. Sebagai contoh, para pemimpin dalam kitab ini bekerja di bidang pemerintahan, militer atau dalam lingkup keagamaan, sementara para pemimpin saat ini bekerja di perusahaan, wirausaha, maupun institusi ilmiah dan akademis. Akan tetapi, tulisan Yesaya tetap bisa diterapkan pada masa kini dengan terlebih dahulu memahami apa yang dimaksudkan sesuai keadaan pada zaman itu, lalu mengambil prinsip-prinsip untuk diterapkan ke dalam dunia kerja saat ini. Berdasarkan perspektif Yesaya, cara kita bekerja saat ini mempunyai nilai dan makna terhadap Ciptaan Baru yang dijanjikan Allah kepada umat-Nya.

Penilaian Allah terhadap Israel dan Yehuda (Yesaya)

Sebagian besar kitab Yesaya memuat tentang nabi Yesaya yang menyuarakan penilaian Allah atas kegagalan Israel untuk memenuhi perjanjian antara Allah dan Israel. Yesaya adalah yang pertama dari para “nabi penulis” dalam Perjanjian Lama — para nabi yang nubuat-nubuatnya dituliskan di dalam kitab-kitab yang diberi judul sesuai dengan nama para nabi tersebut. Saat membaca kitab-kitab tersebut, penting untuk juga mempelajari kitab Ulangan karena kegagalan para pemimpin Israel dan Yehuda di mata Allah perlu dipahami menurut sudut pandang perjanjian yang dinyatakan di dalam Hukum Musa (Taurat). Melalui Musa, Allah telah mengikat perjanjian kepada umat-Nya. Dia menjanjikan keamanan, kedamaian, dan kemakmuran, yang dijamin dengan kehadiran-Nya di tengah-tengah mereka. Sebaliknya, bangsa Israel berjanji untuk menyembah-Nya dan menaati hukum yang Dia berikan kepada mereka. Yesaya, seperti halnya para nabi penulis lainnya, mewartakan kegagalan Israel – terutama para pemimpinnya – untuk menaati hukum Allah. Bukan suatu kebetulan bahwa orang-orang Yahudi pada zaman Yesus menyebut Perjanjian Lama sebagai “Hukum Taurat dan Kitab Para Nabi”. Supaya dapat dipahami dengan jelas, kitab-kitab para nabi tak cukup untuk hanya dipahami menurut zaman penulisannya, tapi juga harus menurut latar belakang perjanjian dan hukum yang Allah berikan.

Tinjauan Umum Kitab Yesaya

Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar Isi

Yesaya 1:1 mencatat bahwa Yesaya menjadi seorang nabi selama kurun waktu pemerintahan empat raja kerajaan Yehuda di bagian selatan: Uzia, Yotam, Ahas, dan Hizkia. Dia melayani sebagai utusan Allah untuk Yehuda selama lebih dari 50 tahun (dari sekitar tahun 740 sampai 686 SM), kira-kira seratus tahun sebelum kemunculan tiga nabi-nabi penulis kitab berikutnya — Yeremia, Yehezkiel, dan Daniel. Meskipun situasi politik di Yehuda berbeda dengan di kerajaan Israel yang ada di bagian Utara, dosa pelanggaran mereka sama menyedihkannya: penyembahan berhala, penindasan dan marginalisasi orang miskin demi kepentingan pribadi, dan praktik bisnis yang melawan Hukum Allah. Sama seperti nabi Amos yang sezaman dengannya (yang menyampaikan pesan-pesan dari Allah di kuil kerajaan di Betel kepada orang-orang Israel yang belum bertobat), Yesaya menyaksikan bagaimana penyembahan yang hanya di mulut saja membentuk etika sosial yang sifatnya mementingkan diri sendiri.

Yesaya berbeda dari Yeremia dan Yehezkiel dalam hal karakter pelayanan kenabiannya yang memadukan antara nubuat (penglihatan yang jauh ke masa depan) dengan teguran (menyampaikan kebenaran kepada umat yang berdosa). [1] Walaupun kitab Yesaya memberikan beberapa titik kejadian dalam sejarah yang mengaitkan sang nabi pada periode tertentu dalam sejarah Yehuda, penglihatan-penglihatan yang tertulis di dalamnya mencakup rentang waktu sejak zaman Yesaya sendiri sampai kepada akhir zaman saat Allah menciptakan “langit dan bumi yang baru” (Yes. 65:17). Beberapa ahli Alkitab mengibaratkan kitab Yesaya sebagai sebuah baris pegunungan yang berbagai puncaknya terlihat, tetapi lembah-lembah yang membentang di antara puncak-puncak itu (ibarat rentang waktu yang memisahkan berbagai nubuat) tidak dapat terlihat. Sebagai contoh, nubuat untuk Raja Ahaz bahwa Allah akan memberinya sebuah pertanda tentang seorang bayi laki-laki bernama Imanuel (Yes. 7:14) diangkat kembali tujuh ratus tahun kemudian oleh Matius (Matius 1:23) sebagai sebuah penglihatan tentang Mesias yang akan segera lahir.[2]

Catatan-catatan sejarah dalam kitab Yesaya menunjukkan bahwa nabi Yesaya hidup sekitar enam abad sebelum Kristus, dimulai dengan ketika ia menerima penglihatan dari Allah dan panggilan untuk pelayanan kenabian “pada tahun kematian Raja Uzia”, yakni pada tahun 740 SM. (Yes. 6:1). Catatannya kemudian melintasi kurun waktu 15 tahun masa pemerintahan raja Yotam (2 Raja-raja 15:32-38) dan berlanjut di Yesaya 7:1 di mana raja Ahaz (2 Raja-raja 16:1 dst.) dihadapkan pada Yerusalem yang berada di ambang kehancuran di tangan bangsa Aram dan sekutu mereka saat itu, kerajaan utara Israel. Kemudian, dalam pasal 36-37, Yesaya menjelaskan dilema yang dihadapi raja Hizkia, ketika jenderal Sanherib memimpin bangsa Asyur, mengepung Yerusalem dan mengancam akan menghancurkan seluruh kota (2 Raja-raja 18:13-19:37).

Yesaya melanjutkan kisah tentang Hizkia di dalam pasal 38-39, mengenai penyakit mematikan yang diidapnya dan kemurahan Allah yang memperpanjang umurnya selama 15 tahun. Dalam masing-masing titik bersejarah ini, nabi Yesaya terlibat langsung dengan para raja sebagai yang menyampaikan pesan-pesan Allah kepada mereka.

Nubuat yang disampaikan Yesaya memberikan penglihatan kepada umat Allah tentang mengenai penghakiman yang akan datang atas bangsa-bangsa, mengenai restorasi sebagai kasih karunia atas bencana yang akan datang, hingga tentang pengharapan pada akhir zaman bahwa segala sesuatu akan menjadi sangat berbeda dan akan disebut sebagai langit yang baru dan bumi yang baru (Yes. 65:17). Nubuat dari Yesaya (yang selain sifatnya prediktif, juga berupa peringatan) mencakup rentang waktu sejak masa kerajaan Yehuda hingga pembuangan bangsa itu di Babel, sampai kepada pemulihan dan kepulangan mereka ke Yehuda. Dia memberitakan berbagai peristita mulai dari tentang kedatangan Mesias hingga akan datangnya “langit yang baru dan bumi yang baru.” dinamika kekuasaan dan pemerintahan di kerajaan Yehuda, sampai perbudakan akan datangnya Mesias serta “langit yang baru dan bumi yang baru.” Secara struktur, pasal 1-39 mencakup periode di mana Yesaya aktif melayani, sementara pasal-pasal selanjutnya (40-66) melihat lebih jauh tentang masa depan umat Allah. Demikianlah firman Tuhan yang disampaikan melalui nubuat nabi Yesaya menjangkau generasi-generasi yang tak terhitung jumlahnya.

Panggilan Yesaya adalah untuk melayani sebagai utusan Allah di hadapan bangsa Yehuda dan mewartakan keberdosaan mereka di mata Allah. Dia kemudian bersikeras memerintahkan agar nubuat-nubuat darinya dicatat untuk generasi-generasi mendatang: “Sekarang, pergilah, tulislah itu di depan mata mereka di loh batu…supaya menjadi kesaksian pada masa yang akan datang, sampai selama-lamanya. Sebab, mereka itu bangsa pemberontak, anak-anak yang suka berdusta, anak-anak yang enggan mendengar akan pengajaran TUHAN” (Yes. 30:8,9). Keberdosaaan bangsa itu ditandai dengan bagaimana mereka mengabaikan hukum Allah dan klaim Allah atas umat-Nya seperti yang Dia janjikan. Nubuat peringatan kepada bangsa yang telah berdosa itu begitu kerasnya sehingga kita bisa menggambarkan sisuasinya seperti ini: Kerinduan Allah terhadap mereka yang telah Ia panggil sebagai umat-Nya adalah sedemikian besarnya sehingga apabila bangsa itu tidak menjadi milik-Nya, maka lebih baik mereka tidak menjadi bangsa sama sekali.

Pandangan Allah atas Pekerjaan Kita (Yesaya)

Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar Isi

Ada tujuh tema utama dalam kitab Yesaya yang berhubungan dengan pekerjaan kita : (1) ada hubungan yang tidak terpisahkan antara ibadah kita dan kehidupan pekerjaan kita, (2) rasa bangga yang angku dan sikap mengandalkan diri sendiri, (3) Allah membenci kekayaan yang diperoleh dengan cara mengkesploitasi orang-orang miskin dan terpinggirkan, (4) Allah berkehendak agar kita percaya kepada-Nya supaya kita bisa hidup damai dan sejahtera, (5) Allah kita adalah Sang Pencipta yang menjadi sumber segalanya, (6) Yesaya menjadi contoh yang hebat tentang bagaimana seorang hamba Allah bekerja, (7) makna tertinggi dari pekerjaan kita saat ini adalah keterlibatannya di dalam Ciptaan Baru.

Ketujuh tema ini akan dibahas sesuai urutan kemunculan mereka pertama kali di dalam kitab Yesaya. Indeks untuk semua pasal yang dibahas, ditampilkan di akhir artikel ini.

Penyembahan dan Pekerjaan (Yesaya 1 dst.)

Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar Isi

Yesaya memulai dengan menegaskan bahwa ritual-ritual agamawi yang dilakukan sambil terus hidup berdosa, membuat Allah:

Apa gunanya bagi-Ku kurbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku sudah jemu dengan kurban-kurban bakaran berupa domba jantan dan lemak anak lembu yang gemuk. Darah lembu dan anak kambing domba jantan tidak Kusukai… sehingga kamu menginjak-injak pelataran Bait-Ku? Jangan lagi membawa persembahanmu yang sia-sia, persembahan dupa adalah hal yang menjijikkan bagi-Ku.... Aku akan menutup mata-Ku terhadap kamu; bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah. Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda! (Yes. 1:11-17)

Kemudian, Yesaya mengulahi kemarahan Allah. “Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, sedangkan hatinya menjauh dari-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan“ (Yes 29:13). Bencana yang akan segera dialami bangsa itu adalah akibat langsung dari penindasan terhadap para pekerja dan kurangnya perhatian bagi mereka yang berkekurangan secara ekonomi.

...beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka! Hari demi hari mereka mencari Aku dan suka mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang melakukan yang benar dan tidak meninggalkan hukum Allahnya mereka menanyakan hukum-hukum yang benar kepada-Ku, mereka suka mendekat kepada Allah, katanya, "Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya?" Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih sibuk dengan urusanmu, dan kamu menindas semua buruhmu. Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta meninju dengan sewenang-wenang... Berpuasa yang Kuhendaki ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu. (Yes. 58:1-8)

Pada zaman sekarang, di mana pekerjaan kita sehari-hari seolah tidak ada hubungannya dengan penyembahan kita di akhir pekan, Allah berkata, “Jika kamu mengenal hukum-Ku dan mengasihi-Ku, kamu tidak akan semena-mena terhadap orang-orang yang bekerja untukmu.” Yesaya tahu dari pengalaman pribadinya bahwa penglihatan tentang Allah bisa mengubah hidup kita, termasuk cara kita hidup sebagai orang Kriten di tempat kerja.

Bagaimana caranya? Yesaya berulang kali menjelaskan kepada kita visi tentang Allah, yang ditinggikan di atas semua allah lain:

  • Tetapi TUHAN semesta alam, Dialah yang harus kamu akui sebagai Yang Kudus; kepada-Nyalah harus kamu takut dan terhadap Dialah harus kamu gentar. Ia akan menjadi tempat kudus…(Yes. 8:13-14)

  • Kuasa dan kekuatan Allah yang tiada banding selalu disertai dengan kasih kepada umat-Nya: “Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: "Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?“ Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya. Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.” (Yes. 40:27-29)

  • “Juga seterusnya Aku tetap Dia, dan tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku; Aku melakukannya, siapakah yang dapat mencegahnya?” (Yes. 43:13)

  • “Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: "Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku. Siapakah seperti Aku? Biarlah ia menyerukannya, biarlah ia memberitahukannya dan membentangkannya kepada-Ku! Siapakah yang mengabarkan dari dahulu kala hal-hal yang akan datang? Apa yang akan tiba, biarlah mereka memberitahukannya kepada kami!” (Yes. 44:6-7)

  • “Dengarkanlah Aku, hai Yakub... Akulah yang tetap sama, Akulah yang terdahulu, Akulah juga yang terkemudian! Tangan-Ku juga meletakkan dasar bumi, dan tangan kanan-Ku membentangkan langit. (Yes. 48:12-14)

Sekalipun kedahsyatan kuasa dan kekuatan Allah membuat kita gemetaran, kita akan tetap ditarik masuk ke dalam belas kasih-Nya kepada kita. Kita meresponi kasih itu dengan menyembah-Nya, menghidup keseharian kita sesuai kehendak Allah sehingga kita merefleksikan kepedulian-Nya terhadap keadilan dan kebenaran. Pekerjaan dan penyembahan kita terikat satu sama lain ketika kita mengenal Sang Maha Suci. Pengenalan kita akan Allah akan mengubahkan cara kita bekerja, cara kita bermain, dan cara kita memandang serta memperlakukan orang-orang yang dapat memperolah manfaat dari pekerjaan kita.

Hubungan yang tak terpisahkan antara pekerjaan kita dan penerapan praktis dari penyembahan kita juga muncul dalam kisah tentang dua orang raja yang digunakan nabi Yesaya untuk menjelaskan pentingnya mengandalkan Allah di tempat kerja. Baik Ahas maupun Hizkia memilik tanggungjawab kepemimpinan sebagai raja di Yehuda. Keduanya harus menghadapi musuh-musuh menakutkan yang bertekad untuk menghancurkan negeri mereka dan kota Yerusalem. Keduanya punya kesempatan untuk mempercayai fimarn Allah yang disampaikan nabi Yesaya bahwa Allah tidak akan membiarkan mereka jatuh ke tangan musuh. Bahkan, Allah berfirman kepada Ahas bahwa ketakutan terbesarnya tidak akan terjadi, tetapi “Jika kamu tidak teguh beriman, kamu sungguh tidak akan aman” (Yes. 7:9). Ahas menolak untuk percaya bahwa Allah akan melepaskannya dari musuh dan malah gegabah bersekutu dengan Asyur.

Satu generasi sesudahnya, Hizkia harus menghadapi musuh yang lebih tangguh dan Yesaya meyakinkan dia bahwa Allah tidak akan membiarkan kota Yerusalem jatuh ke tangan pasukan tentara Sanherib. Hizkia memilih untuk percaya kepada Allah, dan “Lalu keluarlah Malaikat TUHAN membunuh seratus delapan puluh lima ribu orang di perkemahan Asyur. Esok harinya, ketka orang bangun pagi-pagi, tampaklah semuanya sudah menjadi mayat! Maka Sanherib, raja Asyur, berangkat pulang dan tinggal di Niniwe.” (Yes. 37:36-37a).

Dalam kedua kisah ini, Yesaya menyoroti kepada kita perbedaan antara beriman kepada Allah (yaitu dasar penyembahan kita) dan ketakutan kita kepada musuh yang mengancam kita. Pekerjaan adalah tempat di mana kita sering harus memilih untuk percaya atau takut. Adakah Allah hadir di tempat kita bekerja? Dia adalah Imanuel, “Allah beserta kita” (Yes. 7:!4), bahkan di tempat kita bekerja. Apa yang kita percaya tentang karakter Allah akan menentukan apakah kita akan “teguh beriman” atau malah dikelumuti ketakutan akan pihak-pihak yang punya kuasa untuk mencelakai kita. Baik penyembahan maupun pekerjaan yang tidak berhulu pada pengenalan yang benar akan Allah dan janji-Nya, bukanlah penyembahan dan pekerjaan yang benar.

Keangkuhan Diri dan Mengandalkan Diri Sendiri (Yesaya 2 dst.)

Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar Isi

Dalam tulisan-tulisan Yesaya, keangkuhan dan sikap mengandalkan diri sendiri punya kaitan khusus dengan penyangkalan otoritas dan kuasa Allah di semua aspek kehidupan. Kita menggantikan keunikan Allah dengan kepintaran manusia dan ilah-ilah lainnya. Yesaya langsung mengingatkan tentang isu ini sejak di awal kitabnya: “Manusia yang memandang dengan congkak akan direndahkan, orang yang angkuh akan ditundukkan; hanya TUHAN sajalah yang Maha Tinggi pada hari itu” (Yes. 2:11).

Keangkuhan bangsa itu ditunjukkan dalam tiga hal: kekayaan, kekuatan militer, dan penyembahan berhala. Kombinasi dari ketiga faktor ini melahirkan tiga serangkai perusak yang yang menjauhkan mereka dari penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah. Sebaliknya, mereka mengandalkan perbuatan tangan mereka sendiri – berhala-berhala serta kekayaan dan kekuatan militer mereka.

Yesaya mendeskripsikan kekayaan mereka yang berupa emas dan perak: “tak terbatas harta bendanya” (Yes. 2:7). Dia menyatakan yang serupa tentang kekuatan militer dan berhala-berhala bangsa itu: seolah tidak ada tempat yang tidak mereka jelajahi. Yesaya pun mengolok-olok semua berhala yang mereka buat dengan tangan sendiri dan kemudian mereka sembah sebagai allah (Yes. 44:10-20). Keangkuhan dan sikap mengandalkan diri sendiri adalah kejijikan bagi Allah. Harta yang menumpuk atau nafsu mengejar kekayaan yang membuat kita mengenyampingkan kemuliaan Allah dalam hidup sehari-hari merupakan kejahatan bagi Allah: “Berhentilah bersandar pada manusia, yang hanya ada napas di hidungnya; untuk apa ia diperhitungkan?” (Yes. 2:22). Dalam pasal 39, Raja Hizkia dihakimi oleh Allah karena dia memamerkan perbendaharaan di istananya kepada utusan dari negeri Babel yang jauh. Daripada berusaha membuat musuhnya terkesan dengan kekayaan di kerajaannya, sebaga raja dia seharusnya merendahkan dirinya di hadapan Allah.

Allah Menghakimi Tindakan Eksploitasi dan Marginalisasi (Yesaya 3 dst.)

Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar Isi

Berulang kali dalam kitab Yesaya muncul tuduhan atas para pemimpin yang melanggar perjanjian dengan Allah demi mengejar kekayaan dan status dengan mengorbankan orang-orang yang miskin dan terpinggirkan. Dalam Yes. 3:3-15, Allah menghakimi para tetua dan pemimpin umat-Nya yang memperkaya diri mereka dengan cara merampas dan menekan orang-orang miskin. Menurut pengamatan Williamson “hal ini [yaitu situasi yang digambarkan dalam Yes. 3:14] biasanya dikaitkan dengan bagaimana pada periode ini mulai berkembang strata masyarakat di mana kekayaan, dan dengan demikian kekuasaan, semakin menumpuk di tangan sekelompok kecil orang-orang yang punya hak istimewa dengan mengorbankan rakyat kecil. Semakin banyak orang yang butuh pinjaman, yang bisa berkonsekuensi kepada perbudakan..., penyitaan harta bahkan perbudakan utang, adalah cara-cara yang walaupun saat itu legal, tapi menurut para nabi tidak adil.”[1] Demikian pula dalam kitab Yesaya pasal 5 “Nyanyian tentang Kebun Anggur”, beberapa “kesengsaraan” yang menjadi hukuman atas bangsa Yehuda justru berhubungan dengan tindakan mereka mengeksploitasi orang-orang miskin demi memperkaya diri mereka sendiri: “Sungguh celaka orang yang menyerobot rumah demi rumah dan merebut ladang demi ladang, sehingga tidak ada lagi tempat bagi orang lain. Kamu membuat hanya dirimu sendiri yang mendiami negeri itu!” (Yes. 5:8). [2]

Sebagai umat Allah, mereka dipanggil untuk menjadi berbeda dari berbagai budaya yang saling merebut perhatian yang ada di sekeliling mereka. Eksploitasi terhadap orang-orang miskin demi kepentingan kelompok elit merupakan pelanggaran terhadap Allah yang sesuai perjanjian-Nya menuntut bahwa umat-Nya adalah sepenuhnya milik-Nya. Pola yang sama dilihat di awal sejarah Israel pada masa pemerintahan Raja Ahab yang melalui istrinya, seorang perempuan asing, Izebel, membunuh seorang petani bernama Nabot dan kemudian merampas kebun anggur miliknya. Nabi Elia murka dan berkata, “Anjing-anjing akan memakan Izebel di temnok luar Yizre’el.” (1 Rj. 21:23). Saat Yesaya melihat bahwa pola ini kembali muncul di Yehuda, dia menyampaikan bahwa yang bisa menjadi penawar bagi ambisi egois yang sudi mengorbankan orang-orang miskin dan terpinggirkan: akan datang pemerintahan yang benar pada era Mesianik di mana “Ia [Mesias dari Allah] akan menghakimi orang-orang lemah dengan adil, dan akan menjatuhkan keputusan dengan jujur terhadap orang yang tertindas di negeri” (Yes. 11:4).

Ketika menilik dosa-dosa umat Allah di Yehuda, Yesaya juga menyebutkan penghakiman Allah atas bangsa-bangsa: “Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa” (Yes. 14:26). Babel akan diruntuhkan (Yes. 13:9-11); dalam waktu tiga tahun kekuasaan Moab akan berakhir; Siria akan tumbang (Yes. 17:7-8; demikian pula dengan Etiopia (Yes. 18), Mesir (Yes. 19:11-13), dan Tirus (Yes. 23:17). Allah akan menumbangkan raja bangsa Asyur karena hatinya yang congkak dan penampilannya yang angkuh (Yes. 10:12). “Bumi cemar karena penduduknya, sebab mereka melanggar hukum-hukum.... Sebab itu, kutukan akan melahap bumi, dan penduduknya akan mendapat hukuman” (Yes. 24:5-6).

Karena Allah menginginkan keadilan dan kebenaran, Ia pun menghakimi bangsa-bangsa, perusahaan-perusahaan maupun individu-individu yang menipu dan memperdaya orang lain demi keuntungan pribadi. Hari-hari ini, kita melihat bagaimana negara-negara dieksploitasi oleh para pemimpin mereka sendiri, seperti di Myanmar di mana bencana muncul karena kelalaian perusahaan-perusahaan asing, atau tragedi gas Bhopal di India, dan penipuan terhadap para investor oleh individu-individu seperti Bernie Madoff. Tak ada bedanya dengan ketika kita melihat — bahkan terlibat dalam — berbagai ketidakadilan yang tampak kecil seperti kompensasi yang tidak adil, beban kerja yang berlebihan, kontrak kerja dengan syarat dan kondisi yang menekan, kecurangan saat ujian, dan bersikap tak peduli ketika terjadi kekerasan di rumah, di tempat kerja, di gereja dan di jalanan, Allah pada akhirnya akan menghakimi mereka yang memperkaya diri sendiri atau mempertahankan pekerjaan atau hak istimewa mereka dengan cara mengeksploitas orang-orang miskin dan terpinggirkan.

Kedamaian dan Kesejahteraan (Yesaya 9 dst.)

Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar Isi

Kebalikan dari keangkuhan dan sikap mengandalkan diri sendiri yang akan menjatuhkan kita atau tindakan mengeksploitasi orang miskin demi mendapatkan kekayaan, itulah yang menjadi tema keempat dalam kitab Yesaya adalah bahwa jika kita percaya kepada Allah yang esa dan benar, kita akan hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan. Umat Allah akan bersukacita pada musim panen (Yes. 9:3). Dengan kuasa Roh Allah, umat-Nya akan berdiam di dalam kedamaian, ketenteraman, dan menikmati hasil kerja mereka (Yes. 32:15): “Berbahagialah kamu yang boleh menabur dekat aliran air, yang dapat melepas sapi dan keledainya berjalan merumput!” (Yes. 32:20).

Demikian pula, salah satu janji yang digenapi karena Hizkia percaya Allah akan melepaskan mereka dari Sanherib, jenderal Asyur, yaitu bahwa orang-orang akan menikmati hasil kerja keras mereka sendiri: “Inilah yang akan menjadi tanda bagimu, Hizkia: Dalam tahun ini orang makan apa yang tumbuh sendiri, dan dalam tahun kedua, apa yang tumbuh dari tanaman yang pertama. Akan tetapi, dalam tahun ketiga, menaburlah kamu, menuailah, buatlah kebun anggur, dan makanlah buahnya” (Yes. 27:30). Akibat tekanan dari invasi pasukan Sanherib, tanah menjadi tidak subur. Allah menjanjikan bahwa dari tanah itu akan ada hasil untuk dimakan walaupun tidak ditanami. Namun, agar orang-orang dapat menikmati hasil dari pohon anggur, diperlukan waktu bertahun-tahun yang damai untuk melakukan penananam yang baik. Kondisi yang damai adalah karunia dari Allah. Keberhasilan Yehuda dalam mengerjakan ladang dan kebun anggur mereka merupakan tanda berkelanjutan dari penggenapan janji kasih Allah.[1]

Dalam penglihatan tentang Sion yang baru, salah satu janji Allah adalah bagaimana umat-Nya akan menikmati makanan dan anggur yang telah mereka hasilkan dengan susah payah (Yes. 62:8-9). Demikian halnya dengan gambaran langit yang baru dan bumi yang baru, di mana hal-hal yang lama akan dilupakan dengan adanya dunia yang baru, umat Allah tidak akan lagi ditindas melainkan akan mendirikan rumah mereka sendiri, meminum anggur mereka sendiri, dan menikmati makanan mereka sendiri (Yes. 64:21-22).

Dalam Perjanjian Lama, bercocok tanam adalah pekerjaan utama kebanyakan orang. Itulah alasan banyak contoh dalam Alkitab yang diambil dari lingkup kehidupan agraria. Namun, prinsip besarnya adalah Allah memanggil kita, apapun bentuk panggilan kita, untuk percaya kepada-Nya baik di dalam pekerjaan maupun di dalam berbagai aspek-aspek yang bersifat religius di dalam hidup kita.

Allah bersukacita melihat peran kreatif yang dijalankan umat-Nya demi menjadi yang terbaik dalam apa pun yang mereka kerjakan di bawah naungan perjanjian-Nya. “…mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan memakan buahnya pula. (Yes. 65:21). Masalah muncul ketika kita mencoba memutarbalikkan posisi Sang Pencipta dan ciptaan dengan cara menggantikan nilai dan ketetapan dari Allah dengan nilai-nilai kita sendiri dan ambisi yang tidak terkendali. Ini terjadi ketika kita mengkotak-kotakkan pekerjaan kita sebagai urusan duniawi yang seolah tidak ada hubungannya sama sekali dengan kerajaan Allah. Tentu saja, dalam dunia yang telah jatuh ke dalam dosa, hidup dalam ketaatan tidak akan selalu menghasilkan kemakmuran. Namun, apa pun yang kita kerjakan tanpa ketaatan malah bisa mendatangkan hasil yang lebih buruk daripada kemiskinan secara materi. Pasal-pasal awal kitab Yesaya menceritakan bagaimana Yehuda mempelajari tentang kebenaran ini.

Allah: Sumber Kehidupan, Pengetahuan, dan Hikmat (Yesaya 28 dst.)

Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar Isi

Dibandingkan semua nabi penulis lainnya, Yesayalah yang paling sering menyingkapkan penglihatan tentang Allah yang, sekali bisa dipahami, akan membuat kita tersungkur kagum. Allah adalah sumber dari segala keberadaan, kepunyaan dan pengetahuan kita. Tiga ratus tahun sebelumnya, Salomo telah merangkumkan kebenaran ini: “Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan” (Amsal 1:7). Dan “Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan” (Amsal 9:10). Kini Yesaya menunjukkan kepada kita siapa Allah yang merupakan sumber pengetahuan dan hikmat tersebut, dan mengapa pengertian tentang siapa Allah itu penting bagi hidup dan pekerjaan kita.

Keberadaan kita adalah pemberian Allah: “...hai orang-orang yang Kupikul sejak dari kandungan, hai orang-orang yang Kujunjung sejak dari rahim. Sampai masa tuamu Aku tetap sama dan sampai putih rambutmu Aku tetap menggendong kamu. Aku telah menjadikan dan akan menanggung kamu; Aku akan memikul dan menyelamatkan kamu” (Yes. 46:3-4).

Allah telah mengaruniakan kepada kita pengetahuan dan pengertian: “Akulah TUHAN, Allahmu, yang mengajar engkau apa yang memberi faedah, yang menuntun engkau di jalan yang harus kautempuh” (Yes 48:17). Allah yang telah menciptakan kita dan memberikan hikmat kepada kita adalah satu-satunya sumber pengetahuan tersebut:

Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tangannya dan mengukur langit dengan jengkalnya, menakar debu tanah dengan sukat, menimbang gunung-gunung dengan neraca, atau bukit-bukit dengan timbangan?.... Sesungguhnya, pulau-pulau tidak lebih dari abu halus beratnya. Libanon tidak mencukupi untuk kayu api dan margasatwanya tidak mencukupi untuk kurban bakaran. Segala bangsa seperti tidak ada di hadapan-Nya, mereka dianggap-Nya hampa dan sia-sia belaka. Jadi, dengan siapa hendak kamu samakan Allah, dan apa yang dapat kamu anggap serupa dengan Dia? (Yes. 40:12-18).

Saat kita mengenali Allah sebagai sumber kehidupan, pengetahun dan hikmat kita, kita akan memperoleh perspektif baru atas pekerjaan kita. Kenyataan bahwa kita memiliki pengetahuan atau keterampilan untuk melakukan pekerjaan kita, mengarahkan kita kembali kepada sumbernya, Allah, yang menciptakan kita dengan kemampuan dan minat tertentu di dalam hidup. Hidup yang “takut” (menyadari dengan penuh kekaguman) akan Tuhan adalah awal mula pengetahuan dan hikmat. Kesadaran akan hal inilah yang memungkinkan kita untuk belajar dari orang lain yang kepada mereka Allah telah memberikan pengetahuan dan keterampilan yang bisa melengkapi. Kerjasama yang kreatif dalam sebuah kelompok terjadi ketika kita menghormati pekerjaan Allah baik dalam diri kita sendiri maupun dalam diri orang lain.

Ketika kita mengalami Allah bekerja di dalam diri kita, pekerjaan kita jadi membuahkan hasil. “Ia telah diajari cara yang tepat, dan diberi petunjuk oleh Allahnya.” (Yes. 38:36). Dengan kata lain “perajin itu tahu apa yang harus dilakukan, sebab Allah sudah memberikan hikmat kepadanya.” Atau, “pengusaha itu tahu apa yang harus dilakukan, sebab Allah sudah memberikan hikmat kepadanya.” Secara misterius, kita menjadi rekan pencipta bagi Allah dalam pekerjaan kita yang kemudian menjadi alat di tangan Allah untuk tujuan-tujuan yang lebih dalam dari yang kita bisa pikirkan.

Hamba di Tempat Kerja (Yesaya 40 dst.)

Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar Isi

Jika di dalam Yesaya 1-39 kebenaran (yang sering diasosiasikan dengan keadilan, mishpat) menjadi kata yang digunakan untuk menyingkapkan kegagalan dan ketidaksetiaan Yehuda, maka kebenaran dalam Yesaya 40-55 dipahami terutama sebagai karunia Allah yang Dia wujudkan atas nama umat-Nya.[1] Yesaya sendiri adalah contoh utama hamba Allah yang membawa karunia kebenaran dari Allah tersebut.

Keadilan atau penghakiman ditegakkan dalam Yesaya 40-55 melalui “hamba” yang penuh teka-teki dan hadir pada bagian kesaksikan Yesaya ini. Yesaya 42:1-4, bagian pertama dari apa yang disebut dengan “nyanyian hamba TUHAN,” berbicara tentang seorang hamba yang menegakkan keadilan di muka bumi. Di sini, dalam sosok seorang hamba, Allah menjawab seruan Yehuda untuk memperolah keadilan seperti tertulis dalam Yes. 40:27: “Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku (mishpat) diabaikan Allahku?” Inisiatif ilahi dari Allah telah diberlakukan untuk mengerjakan bagi umat-Nya apa yang mereka tak bisa capai untuk diri mereka sendiri. Cara yang dipakai oleh Allah untuk mengerjakan keselamatan baik bagi Israel dan semua bangsa adalah melalui sosok yang disebut hamba Allah yang sedang dipersiapkan. Kebenaran dan keadilan akan digenapi oleh sang hamba.

Identitas naratif sang hamba berkembang dalam pasal-pasal ini, dimulai dari sebagai Israel (terutama dalam pasal 40-48) sampai menjadi sosok individu yang dengan sendirian memikul identitas misi bangsa Israel, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk bangsa-bangsa lain dalam pasal 49-53.

Ia berfirman kepadaku, “Engkaulah hamba-Ku, hai Israel, dan melaluimu Aku akan menyatakan keagungan-Ku.” (Yesaya 49:3)

Alasan bergesernya narasi dari Israel sebagai bangsa menjadi sosok yang merupakan inkarnasi Israel (atau Israel yang dianggap ideal) adalah kegagalan Israel dalam menunaikan misinya akibat dosanya.[2] ita bisa amati dalam sosok hamba ini, bagaimana Allah menggunakan cara yang unik untuk mengkomunikasikan kehadiran-Nya yang penuh kasih karunia serta keinginannya untuk merestorasi umat-Nya yang sesat. Melalui sosok hamba itulah kebenaran (yang di titik ini sudah dipahami sebagai kesetiaan terhadap pernjanjian dengan umat-Nya) ditawarkan kepada mereka sebagai karunia sesuai kehendak dan komitmen-Nya untuk berdaulat atas janji-janji-Nya. Kebenaran adalah sesuatu yang diterima, bukannya diraih.[3]

Hal ini mendorong kita untuk bertanya tentang peran kita sendiri. Sebagai anggota umat yang telah ditebus oleh kasih karunia Allah, kita dapat menjadi bejana kasih karunia itu untuk kepentingan orang-orang di sekitar kita. Terkadang kita memiliki kesempatan untuk menjadikan tempat kerja kita lebih adil, lebih penuh belas kasih, lebih berorientasi untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Dengan melakukan semua itu, kita dapat ikut melaksanakan misi sang hamba dalam cara-cara kecil.

Sebaliknya, ada kalanya sulit untuk melakukan pekerjaan kita sesuai kehendak Allah. Orang-oran atau sistem di tempat kerja mungkin menentang cara Allah memimpin kita. Dosa dan kekurangan kita sendiri pun dapat mengganggu hal-hal baik yang mungkin telah kita capai. Bahkan upaya terbaik kita pun mungkin tidak akan membuat banyak perbedaan.

Dalam kasus-kasus seperti ini, Yesaya meneguhkan kita.

Namun, aku berkata, “Aku telah bersusah payah dengan percuma, dan menghabiskan kekuatanku dengan sia-sia dan tak berguna;
tetapi hakku ada pada Tuhan
dan upahku pada Allahku.” (Yesaya 49:4)

Walau kita sering merasa putus asa, hasil akhir dari pekerjaan kita ada di tangan Allah. Kita dapat mempercayai Allah bukan hanya untuk menggunakan apa yang sudah kita lakukan, tetapi juga untuk menuntaskannya menurut waktu-Nya. Seperti tertulis dalam Filipi 1:6, "Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai akhirnya pada hari Kristus Yesus." 1 Korintus 15:58 menambahkan "Karena itu, saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia."

Dua gambaran tentang kebenaran yang ditampilkan di dalam Yesaya 1-39 dan 40-55 memberikan kepada kita pengertian dengan nuansa berbeda tentang kebenaran di dalam Yesaya 55-66. Bagian ini menyediakan beberapa gambaran yang lebih jelas tentang teologi kerja. Kebenaran yang sebelumnya di dalam Yesaya 40-55 diberikan sebagai karunia, di dalam pasal 56-66 berganti menjadi sebuah kewajiban yang harus dilakukan: “Beginilah firman TUHAN: Taatilah hukum dan tegakkanlah keadilan, sebab sebentar lagi akan datang keselamatan dari-Ku, dan keadilan-Ku akan dinyatakan” (Yes. 56:1).

Seruan untuk memelihara keadilan dan melakukan kebenaran dalam Yesaya 55-66 jadi memungkinkan untuk direalisasikan oleh umat Allah karena Allah telah terlebih dahulu dengan kemurahan-Nya menjadikan mereka sepenuhnya milik-Nya, lewat figur seorang hamba. Bahasa yang dipakai di dalam Yes. 56:1 berhubungan dengan Yes. 51:4-8 di mana sekali lagi Yehuda dipanggil untuk mengejar keadilan dan kebenaran. Dalam bagian ini, kemungkinan yang diciptakan bagi umat Allah untuk melakukan kebenaran ditemukan di beberapa ayat terakhir yaitu Yes. 51:6, 8: keadilan dan keselamatan dari Allah tidak akan pernah gagal dan akan tetap untuk selama-lamanya. Sebagaimana tertulis di dalam pasal 40-55, kita melihat bagaimana kebenaran dan keselamatan dari Allah ditegakkan melalui perantaraan seorang hamba (pasal 53) yang mengambil alih tempat orang lain dan menderita menggantikan mereka. Ajakan “melakukan kebenaran” dalam pasal 56-66 menjadi mungkin untuk dilakukan karena Allah telah terlebih dahulu membalas ketidaksetiaan Israel dengan pengampunan serta tindakan sang hamba yang menggantikan mereka. Dari sudut pandang teologis ini berarti kasih karunia Allah mendahului hukum Taurat, sebagaimana ditunjukkan melalui inisiatif Allah yang penuh kemurahan unutk menebus umat-Nya seberapa mahal pun harganya. Ini harus menjadi satu-satunya sudut pandang saat berbicara tentang tanggung jawab manusia atau melakukan kebenaran. Hanya di dalam jaminan pengampunan Allah yang ditemukan di dalam Yesus Kristus, dorongan untuk melakukan perbuatan baik bisa terwujud.[4]

Nabi Yesaya mengubah argumen dari yang semula negatif menjadi positif dengan menjelaskan tentang “berpuasa yang Kukehendaki” (Yes. 58:6). Puasa tersebut mencakup: melepaskan belenggu ketidakadilan, membebaskan yang tertindas, berbagi makanan dengan yang kelaparan, menyediakan tempat tinggal bagi pengembara yang miskin, memberi pakaian kepada yang telanjang, merawat keluarga sendiri (Yes 58:6-7).[5] TDemikianlah cara kita berpartisipasi dalam karya pemulihan Allah, seperti dijelaskan di dalam kitab Yesaya, "Reruntuhan yang sudah berabad-abad akan kaubangun lagi dan dasar yang diletakkan oleh banyak keturunan akan kauperbaiki. Engkau akan disebut “yang memperbaiki tembok yang bolong”, “yang memperbaiki jalan supaya seluruhnya layak huni”. (Yes. 58:12) Yesaya menggambarkan nilai-nilai yang seharusnya menjadi karakter umat Allah, yang sangat kontras dengan kebanyakan budaya di sekeliling mereka. Kepercayaan atau performa agamawi lainnya yang berkompromi dengan etos kerja yang cenderung tidak memedulikan pekerja (di mana pekerja atau karyawan atau bawahan diperlakukan sebagai alat untuk kepentingan pribadi atau bisnis semata) atau tidak mempersoalkan gaya kepemimpinan yang memicu perselisihan, pertengkaran, pergunjingan, sifat bersumbu pendek dan kemarahan yang tidak terkendali – semua itu adalah bentuk ketidaksetiaan kita kepada Allah. Allah telah menyatakan kepemilikan atas umat-Nya atas dasar pengampunan dosa-dosa kita melalui pribadi dan karya keselamatan Yesus Kristus. Di balik seruan yang tertulis dalam pasal 58, ada jaminan tentang penggenapan semua janji Allah di tengah-tengah umat-Nya: "Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar .... kebenaran menjadi barisan depanmu .... dan Allah Israel akan menjadi penutup barisanmu." (Yes 58:8-9; bandingkan dengan Yes 52:12).

Saat menelusuri perkembangan figur "Sang Hamba" dari Israel sebagai bangsa menjadi Israel yang ideal, dan kemudian menjadi Hamba Tuhan dalam pasal 52-53, lalu menjadi hamba-hamba dari Hamba tersebut, kita bisa berhenti sejenak untuk berefleksi, apa saja implikasi dari model pelayanan yang kita lihat di dalam Yesus Kristus kepada lingkup pekerjaan kita. Yesaya dengan hati-hati menyusun gambarannya tentang hamba itu untuk memperjelas bahwa sungguh ia memang merupakan cerminan Allah sendiri.[6] Demikianlah orang Kristen terbiasa menyamakan Sang Hamba dengan Yesus. Gambaran Yesaya tentang penderitaan Sang Hamba dalam pasal 52-53 mengingatkan kita bahwa sebagai hamba Allah, kita pun mungkin akan dipanggil untuk berkorban dalam pekerjaan kita, sama seperti Yesus.

Begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan perawakannya bukan seperti anak manusia lagi… Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan biasa menderita kesakitan. Orang pun menutup muka ketika melihat dia; demikianlah ia dihina dan bagi kita ia tidak masuk hitungan….Akan tetapi, dia ditikam karena pemberontakan kita, dia diremukkan karena kejahatan kita….dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan mereka yang menggunting bulunya. (Yes. 52:14, 53:3, 53:5, 53:7).

Penglihatan yang cukup tentang Allah akan memotivasi kita untuk menjadikan standar Allah sebagai standar kita sendiri, sehingga kita tidak membiarkan kepentingan pribadi dan keangkuhan diri menyelewengkan pekerjaan kita.

Yesus, melalui kematian dan kebangkitan-Nya, memenuhi bagi kita kebutuhan yang tidak dapat kita penuhi. Standar Allah memanggil kita untuk menjunjung keadilan dan kebenaran melalui pekerjaan kita: "Hukum telah terdesak ke belakang, dan keadilan berdiri jauh-jauh, sebab kebenaran tersandung di tempat umum dan ketulusan tidak mendapat tempat. Dengan demikian, kebenaran telah hilang, dan siapa yang menjauhi kejahatan akan menjadi jarahan. Namun, TUHAN melihatnya, dan Ia tidak berkenan karena hukum tidak ditegakkan. Ia melihat bahwa tidak seorang pun yang tampil, dan Ia tergetun karena tidak ada yang membela. Maka tangan-Nya sendirilah yang menolong Dia, dan keadilan-Nyalah yang menopang Dia." (Yes 59:14-16). Sebagai hamba-hamba Tuhan, kita dipanggil untuk memenuhi berbagai kebutuhan yang terabaikan. Di tempat kerja, bentuknya ada berbagai macam: kepedulian terhadap karyawan atau rekan kerja yang tertindas, perhatian terhadap integritas produk yang dijual kepada konsumen, menghindari jalan pintas yang dapat merugikan orang lain, bahkan menolak penimbunan pada saat terjadi kelangkaan. Seperti yang Paulus tuliskan kepada jemaat di Galatia, "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus" (Galatia 6:2).

Sebagai hamba-hamba bagi Sang Hamba Tuhan, kita mungkin tidak menerima pujian yang kita inginkan. Imbalan kita pun mungkin ditangguhkan. Tetapi kita tahu bahwa Allahlah yang menjadi Hakim kita. Yesaya merangkumnya seperti ini: "Sebab beginilah firman Yang Maha Tinggi dan Maha Mulia, yang bersemayam untuk selamanya dan kudus nama-Nya, “Aku bersemayam di tempat tinggi dan kudus tetapi juga bersama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang yang rendah hati dan menghidupkan hati yang remuk redam" (Yes. 57:15).

Makna Utama dari Pekerjaan (Yesaya 60 dst.)

Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar Isi

Di sepanjang kitabnya, Yesaya menyemangati bangsa Israel dengan pengharapan bahwa Allah pada akhirnya akan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang mereka telah lakukan sampai pada saat itu. Pekerjaan, dan hasil dari pekerjaan, juga merupakan bagian dari pengharapan ini. Pada pasal 40, seiring peralihan isi kitab dari menceritakan kebenaran tentang masa kini ke menceritakan kebenaran tentang masa depan, pengharapan pun semakin bisa dirasakan. Materi tentang hamba yang menderita dalam pasal 40-59 hampir tidak bisa dipahami selain sebagai karunia pengharapan dari Allah akan penggenapan kerajaan Allah di masa depan.

Dalam pasal 60-66, pengharapan itu akhirnya dinyatakan sepenuhnya. Allah akan menyatukan kembali umat-Nya (Yes. 60:4), mengenyahkan semua penindas (Yes. 60:12-17), menebus para pemberontak yang bertobat (Yes. 64:5-65:10), dan menyatakan kerajaan-Nya yang adil. Sebagai ganti para pemimpin Israel yang tidak setia, Allah sendiri lah yang akan memerintah: “…engkau akan mengetahui, bahwa Akulah, TUHAN, Juruselamatmu, dan Penebusmu, Yang Mahakuasa, Allah Yakub.” Perubahan ini begitu radikal sehingga berujung pada lahirnya sebuah ciptaan baru, yang sama hebat dan luar biasanya dengan dunia yang pertama kali Allah ciptakan. "Sesungguhnya, Aku menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru; hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi" (Yes. 65:17).

Pasal 60-66 kitab Yesaya diperkaya dengan banyak gambaran yang jelas tentang kerajaan Allah yang sempurna. Bahkan, sebagian besar gambaran serta teologi Perjanjian baru diambil dari pasal-pasal dalam kitab Yesaya ini. Pasal-pasal terakhir dari Perjanjian Baru (Wahyu 21 dan 22) pada dasarnya adalah rekapitulasi dari Yesaya 65-66 dengan menggunakan istilah-istilah Kristen.

Sebagian orang mungkin tak menyangka ada begitu banyak bagian dari Yesaya 60-66 yang berhubungan dengan pekerjaan dan hasil dari pekerjaan. Semua hal yang diusahakan manusia dalam hidup akhirnya membuahkan hasil, di antaranya adalah:

  • Pasar dan perdagangan, termasuk pergerakan emas dan perak (Yes. 60:6,9), masuknya pohon-pohon pinus, dan dibukanya pintu-pintu gerbang untuk perdagangan. "Pintu-pintu gerbangmu akan terbuka senantiasa, siang malam tidak akan tertutup, supaya kekayaan bangsa-bangsa dibawa kepadamu, raja-raja mereka juga digiring bersama." (Yes. 60:11)

  • Hasil pertanian dan hutan: termasuk kemenyan, kawanan domba, domba-domba jantan (Yes. 60:6-7), pohon cemara dan pinus (Yes. 6:13)

  • Transportasi melalui darat dan laut (Yes. 60:6, 60:9), dan bahkan mungkin melalui udara (Yes. 60:8)

  • Keadilan dan perdamaian (Yes. 60:17-18, 61:8, 66:16)

  • Pelayanan sosial (Yes. 61:1-4)

  • Makanan dan minuman (Yes. 65:13)

  • Kesehatan dan umur panjang (Yes. 65:20)

  • Konstruksi dan perumahan (Yes. 65:21)

  • Kemakmuran dan kekayaan (Yes. 66:12)

Semua hal ini telah lepas dari bangsa Israel karena ketidaksetiaan mereka kepada Allah. Bahkan, semakin keras mereka berusaha untuk memperoleh semuanya, semakin mereka tidak peduli untuk menyembah Allah atau mengikuti jalan-jalan-Nya. Akibatnya mereka semakin berkekurangan. Namun, ketika kitab Yesaya menyajikan pengharapan akan masa depan Israel sebagai Ciptaan Baru, semua janji-janji itu kembali muncul ke permukaan. Mereka memperoleh gambaran eskatologis masa depan atau hari terakhir ketika "keturunan hamba yang benar" akan menikmati semua berkat pada Zaman Mesianik seperti dijelaskan di atas. Pada saat itulah orang-orang akan benar-benar menerima hasil dari pekerjaan mereka karena "mereka tidak akan sia-sia bersusah payah " (Yesaya 65:23). Dukacita Israel akan berubah menjadi sukacita, dan salah satu motif yang mendominasi rasa sukacita yang akan datang itu adalah kenikmatan dari hasil pekerjaan tangan mereka sendiri.

Kesimpulan Kitab Yesaya

Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar Isi

Sebagai orang-orang Kristen yang hidup dalam masa di mana ada ketegangan antara peresmian kerajaan Allah dan penggenapannya yang akan datang, kenikmatan yang kita rasakan dari pekerjaan maupun buah dari pekerjaan kita sehingga kita memuliakan Allah, merupakan pertanda akan datangnya hari di mana ketegangan itu akan disingkirkan. Dapat dikatakan seperti ini: ketika orang-orang Kristen menikmati pekerjaan mereka dan buah yang dihasilkannya lalu memuji kemuliaan Allah, mereka mencicipi sedikit surga di muka bumi. Ketika semua sudah diperbaiki dan langit dan bumi kembali menjadi seperti yang dimaksudkan pada saat diciptakan, pekerjaan tidak akan berhenti. Pekerjaan itu akan terus berlanjut dan akan menjadi sukacita yang besar bagi mereka yang terlibat di dalamnya, karena sengatan Kejatuhan (dalam dosa) telah disingkirkan secara permanen dan tidak dapat muncul kembali.

Bekerja dan menikmati hasil dari kerja keras, adalah karunia-karunia Allah yang patut dinikmati dan dibagikan kepada orang lain. Dengan menggunakan karunia-karunia ini, kita dapat berkontribusi pada perkembangan dan meringankan penderitaan umat manusia. Nubuat Yesaya memberikan gambaran indah tentang fakta bahwa bahkan dalam pekerjaan yang kita lakukan dari Senin hingga Jumat, kita harus memenuhi perintah Allah untuk mengasihi-Nya Allah dan mengasihi sesama kita (bandingkan Matius 22:33-40). Bagi Allah, kita tidak dapat mengasihi-Nya tanpa mengasihi sesama. Ketika kita melakukan pekerjaan kita dengan sudut pandang kasih karunia yang telah dimungkinkan melalui karya pengampunan dan pemulihan Yesus Kristus, sukacita kita akan menjadi penuh. Sebaliknya, pekerjaan menjadi fokus yang diselewengkan demi kemegahan diri sendiri dengan cara mengorbankan martabat bawahan kita dan menindas orang-orang yang miskin dan terpinggirkan, kata-kata keras dalam nubuat Yesaya akan menegur kita: "Bukan ini puasa yang Kukehendai." Ketika pekerjaan dinikmati dalam konteks mengasihi Allah dan sesama manusia, secuplik langit yang baru dan bumi yang baru, akan terasa di sini dan saat ini.

Ayat-ayat dan Tema-tema Utama dari Semua Perikop yang Dikutip dari Kitab Yesaya

Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar Isi

Perikop (diurutkan berdasar pasal dan ayat)

Tautan ke Bagian Pembahasan

Yes. 1:11-17 Allah tidak menghendaki persembahan dari orang-orang yang melakukan penindasan dan ketidakadilan.

Tema 1 – Integrasi antara ibadah dan pekerjaan

Yes. 2:11 Allah akan merendahkan orang-orang yang lebih percaya pada diri sendiri dan bukan kepada Dia.

Tema 2 – Keangkuhan dalam pekerjaan membawa kepada kehancuran

Yes. 2:22 Janganlah mengandalkan kekuatan manusia lebih daripada kekuatan Allah.

Tema 2 – Keangkuhan dalam pekerjaan membawa kepada kehancuran

Yes. 2:7 Kekayaan bukanlah sumber keamanan.

Tema 2 – Keangkuhan dalam pekerjaan membawa kepada kehancuran

Yes. 3:3-15 Allah menghakimi para pemimpin yang mengumpulkan kekayaan dengan cara menindas orang miskin.

Tema 3 – Allah membenci kekayaan yang diperoleh melalui eksploitasi

Yes. 5:8 Bangsa itu dihakimi karena membiarkan orang kaya menumpuk sumber daya yang dibutuhkan untuk berproduksi.

Tema 3 – Allah membenci kekayaan yang diperoleh melalui eksploitasi

Yes. 7:14 Allah menyertai umat-Nya di mana pun kita berada.

Tema 1 – Integrasi antara ibadah dan pekerjaan

Yes. 7:9 Iman adalah prasyarat agar setiap perbuatan berkenan kepada Allah.

Tema 1 – Integrasi antara ibadah dan pekerjaan

Yes. 8:13-14 Menyembah Allah adalah sumber kekuatan untuk bekerja.

Tema 1 – Integrasi antara ibadah dan pekerjaan

Yes. 9:3 Umat Allah bersukacita pada waktu panen.

Tema 4 – Allah ingin kita hidup damai dan makmur dengan bersandar kepada-Nya

Yes. 24:5-6 Praktik-praktik korupsi merusak bumi dan manusia harus menanggung akibatnya.

Tema 3 – Allah membenci kekayaan yang diperoleh melalui eksploitasi

Is. 28:26 Allah memberikan pengertian kepada orang-orang yang mengerjakan tanah.

Tema 5 – Allah adalah sumber kehidupan, pengetahuan dan hikmat

Yes. 29:13 Orang-orang memuliakan Allah dengan bibir mereka, tetapi tidak dengan hidup mereka.

Tema 1 – Integrasi antara ibadah dan pekerjaan

Yes. 32:15-20 Dengan kuasa Roh Allah, manusia akan hidup damai, aman dan menikmati pekerjaan mereka.

Tema 4 – Allah ingin kita hidup damai dan makmur dengan bersandar kepada-Nya

Yes. 37:30 Allah berjanji untuk memulihkan produktivitas umat-Nya apabila mereka kembali bersandar kepada-Nya.

Tema 4 – Allah ingin kita hidup damai dan makmur dengan bersandar kepada-Nya

Yes. 37:36-37a Umat Allah dapat mengandalkan kuasa Allah untuk mewujudkan kehendak Allah di muka bumi.

Tema 1 – Integrasi antara ibadah dan pekerjaan

Yes. 39:1-8 Bermegah dalam kekayaan dan kekuasaan membawa kehancuran.

Tema 2 – Keangkuhan dalam pekerjaan membawa kepada kehancuran

Yes. 40:12-18 Allah adalah sumber segala pengetahuan dan kuasa.

Tema 5 – Allah adalah sumber kehidupan, pengetahuan dan hikmat

Yes. 40:27 Umat Allah berseru meminta keadilan tangan-Nya.

Tema 6 – Teladan hamba Allah di tempat kerja

Yes. 40:27-40 Allah memberikan kekuatan kepada yang lemah dan tak berdaya.

Tema 1 – Integrasi antara ibadah dan pekerjaan

Yes. 42:1-4 Hamba Allah menegakkan keadilan.

Tema 6 – Teladan hamba Allah di tempat kerja

Yes. 43:13 Allah adalah sumber kekuatan dan belas kasihan.

Tema 1 – Integrasi antara ibadah dan pekerjaan

Yes. 44:10-20 Tidak ada pekerjaan tangan manusia yang dapat memberikan keamanan yang sejati.

Tema 2 – Keangkuhan dalam pekerjaan membawa kepada kehancuran

Yes. 44:6-7 Hanya Allah yang memiliki kekuatan yang kekal.

Tema 1 – Integrasi antara ibadah dan pekerjaan

Yes. 46:3-4 Allah mengajar dan memimpin umat-Nya.

Tema 5 – Allah adalah sumber kehidupan, pengetahuan dan hikmat

Yes. 48:12-14 Tatanan yang diciptakan berasal dari Allah sendiri.

Tema 1 – Integrasi antara ibadah dan pekerjaan

Yes. 51:4-8 Umat Allah dipanggil untuk mengejar keadilan dan kebenaran.

Tema 6 – Teladan hamba Allah di tempat kerja

Yes. 56:1 Keadilan, melakukan kebenaran, dan keselamatan berjalan beriringan.

Tema 6 – Teladan hamba Allah di tempat kerja

Yes. 58:1-8 Allah mengharapkan umat-Nya untuk memperhatikan kepentingan para pekerja dan kebutuhan orang yang berkekurangan secara ekonomi.

Tema 1 – Integrasi antara ibadah dan pekerjaan

Yes. 58:6-9 Penyembahan yang Allah kehendaki dari umat-Nya adalah berupa melepaskan belenggu ketidakadilan, membebaskan orang tertindas, serta berbagi makanan, tempat tinggal, dan pakaian, dan menafkahi keluarga mereka.

Tema 6 – Teladan hamba Allah di tempat kerja

Yes. 59:14-16 Hamba Allah menggunakan segenap kekuatannya untuk membawa keadilan bagi mereka yang tertindas dan menunjukkan kebenaran bagi umat Allah.

Tema 6 – Teladan hamba Allah di tempat kerja

Yes. 60:1-18 Allah akan menyatukan umat-Nya di bawah kepemimpinan-Nya, menegakkan keadilan, dan membasmi penindasan.

Tema 7 –Pekerjaan pada masa kini akan digenapi maknanya di dalam Ciptaan Baru

Yes. 60:5 Ciptaan Baru mencakup hasil-hasil karya dari setiap bangsa.

Tema 7 –Pekerjaan pada masa kini akan digenapi maknanya di dalam Ciptaan Baru

Yes. 61:8 Allah akan memberi timpalan kepada mereka yang telah menderita kesusahan.

Tema 7 –Pekerjaan pada masa kini akan digenapi maknanya di dalam Ciptaan Baru

Yes. 62:8-9 Allah menjanjikan masa d mana umat-Nya dapat menikmati hasil kerja keras mereka dalam damai sejahtera.

Tema 4 – Allah ingin kita hidup damai dan makmur dengan bersandar kepada-Nya

Yes. 64:5-65:10 Allah akan menebus para pemberontak yang bertobat, dan memberi mereka bagian dalam berkat-berkat Ciptaan Baru.

Tema 7 –Pekerjaan pada masa kini akan digenapi maknanya di dalam Ciptaan Baru

Yes. 65:13 Di sana akan ada banyak makanan dan minuman.

Tema 7 –Pekerjaan pada masa kini akan digenapi maknanya di dalam Ciptaan Baru

Yes. 65:20 Setiap orang akan menikmati kesehatan dan umur panjang.

Tema 7 –Pekerjaan pada masa kini akan digenapi maknanya di dalam Ciptaan Baru

Yes. 65:21 Akan ada banyak tempat tinggal untuk semua orang.

Tema 7 –Pekerjaan pada masa kini akan digenapi maknanya di dalam Ciptaan Baru

Yes. 65:21-22 Allah menjanjikan suatu masa di man umat-Nya akan membangun rumah-rumah dan hidup dalam damai.

Tema 4 – Allah ingin kita hidup damai dan makmur dengan bersandar kepada-Nya

Yes. 65:23 Pekerjaan umat Allah tidak sia-sia.

Tema 7 –Pekerjaan pada masa kini akan digenapi maknanya di dalam Ciptaan Baru

Yes. 66:13 Kemakmuran dan kekayaan akan dinikmati oleh semua orang.

Tema 7 –Pekerjaan pada masa kini akan digenapi maknanya di dalam Ciptaan Baru

Yes. 66:16 Allah akan mengakhiri segala sesuatu yang akan merusak Ciptaan Baru

Tema 7 –Pekerjaan pada masa kini akan digenapi maknanya di dalam Ciptaan Baru