Bootstrap

Penyembahan dan Pekerjaan (Yesaya 1 dst.)

Tafsiran Alkitab / Dibuat oleh Proyek Teologi Kerja
Worship work 72

Yesaya memulai dengan menegaskan bahwa ritual-ritual agamawi yang dilakukan sambil terus hidup berdosa, membuat Allah:

Apa gunanya bagi-Ku kurbanmu yang banyak-banyak?" firman TUHAN; "Aku sudah jemu dengan kurban-kurban bakaran berupa domba jantan dan lemak anak lembu yang gemuk. Darah lembu dan anak kambing domba jantan tidak Kusukai… sehingga kamu menginjak-injak pelataran Bait-Ku? Jangan lagi membawa persembahanmu yang sia-sia, persembahan dupa adalah hal yang menjijikkan bagi-Ku.... Aku akan menutup mata-Ku terhadap kamu; bahkan sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya, sebab tanganmu penuh dengan darah. Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda! (Yes. 1:11-17)

Kemudian, Yesaya mengulahi kemarahan Allah. “Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, sedangkan hatinya menjauh dari-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan“ (Yes 29:13). Bencana yang akan segera dialami bangsa itu adalah akibat langsung dari penindasan terhadap para pekerja dan kurangnya perhatian bagi mereka yang berkekurangan secara ekonomi.

...beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka! Hari demi hari mereka mencari Aku dan suka mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang melakukan yang benar dan tidak meninggalkan hukum Allahnya mereka menanyakan hukum-hukum yang benar kepada-Ku, mereka suka mendekat kepada Allah, katanya, "Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya?" Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih sibuk dengan urusanmu, dan kamu menindas semua buruhmu. Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta meninju dengan sewenang-wenang... Berpuasa yang Kuhendaki ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu. (Yes. 58:1-8)

Pada zaman sekarang, di mana pekerjaan kita sehari-hari seolah tidak ada hubungannya dengan penyembahan kita di akhir pekan, Allah berkata, “Jika kamu mengenal hukum-Ku dan mengasihi-Ku, kamu tidak akan semena-mena terhadap orang-orang yang bekerja untukmu.” Yesaya tahu dari pengalaman pribadinya bahwa penglihatan tentang Allah bisa mengubah hidup kita, termasuk cara kita hidup sebagai orang Kriten di tempat kerja.

Bagaimana caranya? Yesaya berulang kali menjelaskan kepada kita visi tentang Allah, yang ditinggikan di atas semua allah lain:

  • Tetapi TUHAN semesta alam, Dialah yang harus kamu akui sebagai Yang Kudus; kepada-Nyalah harus kamu takut dan terhadap Dialah harus kamu gentar. Ia akan menjadi tempat kudus…(Yes. 8:13-14)

  • Kuasa dan kekuatan Allah yang tiada banding selalu disertai dengan kasih kepada umat-Nya: “Mengapakah engkau berkata demikian, hai Yakub, dan berkata begini, hai Israel: "Hidupku tersembunyi dari TUHAN, dan hakku tidak diperhatikan Allahku?“ Tidakkah kautahu, dan tidakkah kaudengar? TUHAN ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya. Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.” (Yes. 40:27-29)

  • “Juga seterusnya Aku tetap Dia, dan tidak ada yang dapat melepaskan dari tangan-Ku; Aku melakukannya, siapakah yang dapat mencegahnya?” (Yes. 43:13)

  • “Beginilah firman TUHAN, Raja dan Penebus Israel, TUHAN semesta alam: "Akulah yang terdahulu dan Akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-Ku. Siapakah seperti Aku? Biarlah ia menyerukannya, biarlah ia memberitahukannya dan membentangkannya kepada-Ku! Siapakah yang mengabarkan dari dahulu kala hal-hal yang akan datang? Apa yang akan tiba, biarlah mereka memberitahukannya kepada kami!” (Yes. 44:6-7)

  • “Dengarkanlah Aku, hai Yakub... Akulah yang tetap sama, Akulah yang terdahulu, Akulah juga yang terkemudian! Tangan-Ku juga meletakkan dasar bumi, dan tangan kanan-Ku membentangkan langit. (Yes. 48:12-14)

Sekalipun kedahsyatan kuasa dan kekuatan Allah membuat kita gemetaran, kita akan tetap ditarik masuk ke dalam belas kasih-Nya kepada kita. Kita meresponi kasih itu dengan menyembah-Nya, menghidup keseharian kita sesuai kehendak Allah sehingga kita merefleksikan kepedulian-Nya terhadap keadilan dan kebenaran. Pekerjaan dan penyembahan kita terikat satu sama lain ketika kita mengenal Sang Maha Suci. Pengenalan kita akan Allah akan mengubahkan cara kita bekerja, cara kita bermain, dan cara kita memandang serta memperlakukan orang-orang yang dapat memperolah manfaat dari pekerjaan kita.

Hubungan yang tak terpisahkan antara pekerjaan kita dan penerapan praktis dari penyembahan kita juga muncul dalam kisah tentang dua orang raja yang digunakan nabi Yesaya untuk menjelaskan pentingnya mengandalkan Allah di tempat kerja. Baik Ahas maupun Hizkia memilik tanggungjawab kepemimpinan sebagai raja di Yehuda. Keduanya harus menghadapi musuh-musuh menakutkan yang bertekad untuk menghancurkan negeri mereka dan kota Yerusalem. Keduanya punya kesempatan untuk mempercayai fimarn Allah yang disampaikan nabi Yesaya bahwa Allah tidak akan membiarkan mereka jatuh ke tangan musuh. Bahkan, Allah berfirman kepada Ahas bahwa ketakutan terbesarnya tidak akan terjadi, tetapi “Jika kamu tidak teguh beriman, kamu sungguh tidak akan aman” (Yes. 7:9). Ahas menolak untuk percaya bahwa Allah akan melepaskannya dari musuh dan malah gegabah bersekutu dengan Asyur.

Satu generasi sesudahnya, Hizkia harus menghadapi musuh yang lebih tangguh dan Yesaya meyakinkan dia bahwa Allah tidak akan membiarkan kota Yerusalem jatuh ke tangan pasukan tentara Sanherib. Hizkia memilih untuk percaya kepada Allah, dan “Lalu keluarlah Malaikat TUHAN membunuh seratus delapan puluh lima ribu orang di perkemahan Asyur. Esok harinya, ketka orang bangun pagi-pagi, tampaklah semuanya sudah menjadi mayat! Maka Sanherib, raja Asyur, berangkat pulang dan tinggal di Niniwe.” (Yes. 37:36-37a).

Dalam kedua kisah ini, Yesaya menyoroti kepada kita perbedaan antara beriman kepada Allah (yaitu dasar penyembahan kita) dan ketakutan kita kepada musuh yang mengancam kita. Pekerjaan adalah tempat di mana kita sering harus memilih untuk percaya atau takut. Adakah Allah hadir di tempat kita bekerja? Dia adalah Imanuel, “Allah beserta kita” (Yes. 7:!4), bahkan di tempat kita bekerja. Apa yang kita percaya tentang karakter Allah akan menentukan apakah kita akan “teguh beriman” atau malah dikelumuti ketakutan akan pihak-pihak yang punya kuasa untuk mencelakai kita. Baik penyembahan maupun pekerjaan yang tidak berhulu pada pengenalan yang benar akan Allah dan janji-Nya, bukanlah penyembahan dan pekerjaan yang benar.