Bootstrap

Debora (Hakim-hakim 4-5)

Tafsiran Alkitab / Dibuat oleh Proyek Teologi Kerja
620px ehrengaste bikuz eroffnung

Hakim yang terbaik adalah Debora. Orang-orang mengakui kebijaksanaannya dan datang padanya untuk meminta nasihat dan solusi konflik (Hakim-Hakim 4:5). Hierarki militer juga mengakuinya sebagai panglima tertinggi dan bahkan hanya akan pergi berperang atas perintahnya (Hakim-hakim 4:9). Pemerintahan hakim Debora begitu baik sampai “negeri itu aman empat puluh tahun lamanya” (Hakim-hakim 5:31), suatu keadaan yang jarang terjadi dalam sejarah Israel.

Sebagian orang masa kini mungkin heran, bahwa seorang perempuan, bukan janda atau putri seorang penguasa, bisa tampil sebagai pemimpin bangsa di sebuah negara zaman pramodern. Dan kitab Hakim-hakim memandang Debora sebagai pemimpin Israel terbesar pada zaman itu. Hanya Debora saja di antara para hakim yang disebut nabi atau nabiah (Hakim-hakim 4:4), yang menunjukkan betapa ia sangat mirip dengan Musa dan Yosua, para pemimpin yang juga berkomunikasi langsung dengan Allah. Baik kaum wanita, seperti Yael, agen yang menyamar, maupun kaum pria, seperti Barak sang jenderal, tidak menunjukkan keberatan atas keberadaan pemimpin perempuan. Pelayanan Debora sebagai hakim-nabiah Israel menunjukkan bahwa Allah tidak menganggap masalah dengan kepemimpinan politik, yudisial, atau militer perempuan. Terbukti suaminya Lapidot dan keluarga intinya juga tidak mengalami kesulitan dalam mengatur pekerjaan rumah tangga, sehingga ia punya waktu untuk "duduk di bawah pohon kurma Debora" dan melakukan tugasnya ketika "orang Israel menghadap dia untuk mencari keadilan" (Hakim-hakim 4:5).

Saat ini, di sebagian masyarakat, di banyak sektor pekerjaan, dan organisasi-organisasi tertentu, kepemimpinan perempuan sudah menjadi tidak kontroversial seperti pada zaman Debora. Akan tetapi di sebagian budaya, sektor pekerjaan, dan organisasi masa kini lainnya, perempuan tidak diterima sebagai pemimpin atau harus tunduk pada aturan-aturan yang tidak dikenakan pada laki-laki. Mungkinkah dengan merenungkan kepemimpinan Debora pada zaman Israel kuno dapat membuat orang Kristen masa kini lebih jelas dalam memahami maksud Allah dalam situasi-situasi ini? Dapatkah kita melayani organisasi dan masyarakat kita dengan ikut merobohkan penghalang-penghalang yang tidak sepatutnya terhadap kepemimpinan perempuan? Apakah kita secara pribadi mendapatkan manfaat dengan menerima perempuan sebagai atasan, mentor, dan peran-peran panutan lainnya dalam pekerjaan kita?