Bootstrap

Kesetiaan di Tengah Kesulitan (Habakuk 2:1; Zefanya 2:1-4)

Tafsiran Alkitab / Dibuat oleh Proyek Teologi Kerja
Habakkuk faithfulness in the midst of toil habakkuk 2 1 zephaniah 2 1 4

Ada dinamika lain yang terjadi selama masa pembuangan. Terlepas dari bagaimana isi kitab-kitab Nahum, Habakuk dan Zefanya menekankan tentang penghukuman, bangsa Israel juga mulai belajar kembali bagaimana untuk tetap setia kepada Allah dalam pekerjan mereka selama dalam pembuangan. Hal ini dibahas dengan lengkap dalam bagian-bagian lain dari Teologi Kerja seperti Yeremia & Ratapan dan Pekerjaan serta Daniel dan Pekerjaan, tetapi juga diisyaratkan di dalam keduabelas kitab-kitab nabi kecil. Poin utamanya adalah bahwa bahkan dalam keadaan yang menyedihkan dalam pembuangan, masih ada kesempatan untuk tetap setia. Di tengah pembantaian yang dia lihat terjadi di sekelilingnya, walau tentu berharap bisa berada di tempat lain, Habakuk bertekad untuk tetap berjaga di tempat pengintaiannya dan menantikan Firman Allah (Hab. 2:1). Namun, seberapapun bermanfaatnya berjaga dan menanti di tempat, ada banyak hal lain yang juga bisa dilakukan. Kita bahkan dapat menemukan cara untuk menjadi benar dan rendah hati.

Carilah TUHAN, hai semua orang yang rendah hati di negeri, yang melakukan hukum-Nya. Carilah keadilan, carilah kerendahan hati. Mungkin saja kamu akan terlindung pada hari kemurkaan TUHAN. (Zefanya 2:3)

Tidak ada tempat kerja yang ideal. Beberapa tempat kerja sangat menyulitkan umat Allah karena sudah tercemar dalam segala aspek, sementara tempat-tempat kerja lainnya memiliki kekurangan dalam hal yang lebih sederhana. Namun, bahkan di tempat kerja yang menyulitkan sekalipun, kita tetap dapat setia mewartakan rencana-rencana Allah, melalui kualitas yang terpancar dari kehadiran maupun pekerjaan kita. Habakuk mengingatkan bahwa tidak peduli seberapa sia-sia tampaknya pekerjaan kita, Allah hadir bersama kita dalam pekerjaan kita, memberikan sukacita yang terus hadir bahkan melewati kondisi terburuk dalam pekerjaan kita sekalipun.

Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, dan hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu dalam kandang, aku akan bersukacita di dalam TUHAN, bersorak-sorai di dalam Allah Penyelamatku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku. Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membuat aku mampu berjalan di tempat tinggi. (Habakuk 3:17-19)

Atau, seperti yang diungkapkan oleh Terry Barringer,

Meskipun kontrak telah selesai, dan tidak ada pekerjaan untuk dilakukan;
Meskipun tidak ada yang memerlukan keahlian saya, dan tidak ada yang menerbitkan karya saya.
Meskipun tabungan habis, dan uang pensiun tidak cukup untuk hidup;
Namun aku akan bersukacita di dalam Tuhan, aku akan bersukacita di dalam Allah, Juruselamatku.[1]

Seperti yang dikatakan dalam ayat 19, pekerjaan yang baik dapat dilakukan bahkan di tengah-tengah keadaan yang sulit, karena "TUHAN adalah kekuatanku." Kesetiaan bukanlah hanya tentang bertahan dalam kesulitan, tetapi juga membuat situasi terburuk sekalipun menjadi lebih baik, dengan cara apa pun yang kita bisa.