Bootstrap

Bangsa Israel Meminta Raja (1 Samuel 8:4-22)

Tafsiran Alkitab / Dibuat oleh Proyek Teologi Kerja
Notre dames 273745 620

Melihat ketidakberesan anak-anaknya, bangsa Israel meminta Samuel untuk: “angkatlah bagi kami untuk memerintah kami, sama seperti semua bangsa lain.” Permintaan ini mengesalkan hati Samuel (1 Samuel 8:4-6). Samuel memperingatkan mereka bahwa raja-raja membebankan tuntutan-tuntutan yang berat pada bangsanya.

Inilah hak raja yang akan berkuasa atas kamu. Ia akan mengambil anak-anakmu laki-laki untuk ditugaskan di kereta perang atau di pasukan berkuda, ataupun berlari di depan keretanya. Ia akan menugaskan mereka sebagai kepala pasukan seribu dan pasukan lima puluh. Mereka akan membajak ladangnya dan menuai panen baginya. Mereka akan membuat peralatan perang dan perlengkapan keretanya. Ia akan mengambil anak-anakmu perempuan untuk menjadi pembuat minyak wangi, tukang masak, dan pembuat roti. Ia akan mengambil yang terbaik dari ladangmu, anggurmu, dan kebun zaitunmu, untuk diberikan kepada pegawai-pegawainya. Ia akan mengambil sepersepuluh dari gandummu dan hasil kebun anggurmu, untuk diberikan kepada pembesar-pembesar istananya dan para pegawai lainnya. Ia akan mengambil budakmu laki-laki dan hambamu perempuan, yang terbaik dari ternakmu dan keledaimu, untuk dipekerjakannya. Ia akan mengambil sepersepuluh dari kambing dombamu. Engkau sendiri akan menjadi budaknya. (1 Samuel 8:10-17)

Bahkan, raja-raja akan menjadi sangat serakah sampai akhirnya bangsa itu akan berseru kepada Allah agar mereka diselamatkan dari raja-raja itu (1 Samuel 8:18).

Allah juga memandang permintaan untuk memiliki raja itu sebagai ide buruk karena itu sama saja dengan menolak diri-Nya sebagai Raja. Namun, meskipun demikian, Tuhan memutuskan mengizinkan bangsa itu memilih bentuk pemerintahan mereka, dan berkata kepada Samuel, "Dengarkanlah suara rakyat, semua yang mereka katakan kepadamu. Bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak supaya Aku tidak lagi menjadi raja atas mereka. (1 Samuel 8:7). Sebagaimana dikatakan pakar Akitab John Goldingay, "Allah memulai bersama umat-Nya di tempat mereka berada; jika mereka tidak dapat menggapai jalan-Nya yang tinggi, Dia membuat jalan yang lebih rendah. Ketika mereka tidak menanggapi Roh Yahweh atau ketika segala macam roh membuat mereka menjadi anarki, Dia menyediakan ... pengaman institusi dari penguasa-penguasa dunia." Adakalanya Allah mengizinkan institusi-institusi yang bukan bagian dari rencana kekal-Nya, dan kerajaan Israel adalah salah satu contoh yang paling jelas.

Baik Allah maupun Samuel menunjukkan kerendahan hati, kesabaran dan kasih karunia yang besar dengan mengizinkan bangsa Israel membuat pilihan dan kesalahan, dan belajar dari akibat-akibatnya. Ada banyak situasi di institusi dan tempat kerja yang para pemimpinnya harus menyesuaikan diri dengan pilihan-pilihan buruk anggotanya, namun pada saat yang sama berusaha memberikan kesempatan-kesempatan untuk bertumbuh dan berkasih karunia. Peringatan Samuel kepada bangsa Israel bisa saja menjadi peringatan bagi bangsa-bangsa, perusahaan-perusahaan, gereja-gereja, sekolah-sekolah dan organisasi-organisasi lain di dunia masa kini. Di dunia kita yang sudah rusak, banyak orang menyalahgunakan kekuasaan, dan kita harus menyesuaikan diri sambil pada saat yang sama melakukan yang dapat kita lakukan untuk mengubah banyak hal. Cita-cita kita adalah mengasihi Allah dan memperlakukan orang lain sebagaimana perintah Allah dalam Hukum yang diberikan kepada Musa, yang sangat sulit dilakukan umat Allah di segala zaman.