Bootstrap

Bekerja di Dunia Yang Sudah Jatuh dalam Dosa (Mazmur 90, 101)

Tafsiran Alkitab / Dibuat oleh Proyek Teologi Kerja
Ice skating 235547 620

Jilid 4 dimulai dengan Mazmur 90 yang suram. “Engkau mengembalikan manusia kepada debu …tahun-tahun kami seperti keluh” (Mazmur 90:3, 9). Mazmur ini memusatkan perhatian kita pada kesukaran dan singkatnya hidup. “Masa hidup kita tujuh puluh tahun, dan jika kuat delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru dan kita melayang lenyap” (Mazmur 90:10). Singkatnya hidup ini membayangi setiap aspek kehidupan dan pekerjaan kita. Kita hanya memiliki waktu sekian tahun untuk mencari nafkah yang cukup bagi keluarga kita, menabung untuk masa-masa sulit atau hari tua, berkontribusi untuk kebaikan bersama, atau berpartisipasi dalam pekerjaan Allah di dunia. Ketika masih muda, kita mungkin belum terlalu berpengalaman untuk mendapatkan pekerjaan yang kita harapkan. Ketika sudah tua, kita mengalami penurunan keterampilan dan kemampuan, dan terkadang diskriminasi usia. Di antara waktu itu, kita gelisah apakah kita berada di jalur yang cukup cepat untuk mencapai tujuan-tujuan kita. Pekerjaan dimaksudkan untuk menjadi semacam kerja sama yang kreatif bersama Allah (Kejadian 2:19). Namun, desakan waktu membuat pekerjaan terasa seperti “beban dan masalah.”

Lalu apa yang harus kita lakukan? Libatkan Allah dalam pekerjaan kita, betapa pun beratnya pekerjaan itu. “Biarlah kelihatan kepada hamba-hamba-Mu perbuatan-Mu, … Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu” (Mazmur 90:16-17). Ini bukan berarti sekadar memasang pengingat tentang Allah di tempat kerja kita. Ini berarti membuat Allah terlibat dalam “pekerjaan tangan kita.” Pelibatan ini meliputi kesadaran kita akan kehadiran Allah di tempat kerja, pengenalan kita akan tujuan Allah dalam pekerjaan kita, komitmen kita untuk bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip Allah, dan pelayanan kita kepada orang-orang di sekitar kita, yang bagaimanapun diciptakan segambar dengan Allah (Kejadian 1:27; 9:6; Yakobus 3:9).

Mazmur 101:2 menjelaskan bagaimana kita bisa diperlengkapi dalam melakukan pekerjaan Allah. “Aku hendak memperhatikan hidup yang tidak bercela: Bilakah Engkau datang kepadaku? Aku hendak hidup dalam ketulusan hatiku di dalam rumahku.” Membangun karakter yang baik di hadapan Allah dan manusia adalah tugas utama kita. Jika kita memiliki anak-anak, salah satu tugas kita adalah menolong mereka belajar memahami jalan-jalan Allah dan bertumbuh dalam karakter ilahi. Kita sedang melakukan pekerjaan Allah ketika kita mengelola rumahtangga kita dengan baik dan memberi kesempatan kepada anak-anak kita untuk bertumbuh kuat dan siap menghadapi kesulitan-kesulitan hidup. Bagi orang pesimis/skeptis atau sinis, kekejaman hidup membenarkan perilaku amoral dan egois. Bagi orang percaya, hal itu justru menjadi alasan yang lebih kuat untuk mengembangkan karakter.