Jilid 5 (Mazmur 107-150)
Tafsiran Alkitab / Dibuat oleh Proyek Teologi Kerja
Mazmur-mazmur di Jilid 5 memiliki tema atau latar yang kurang umum dibandingkan mazmur-mazmur di bagian lainnya. Namun, di tengah perbedaan bentuk dan latar itu, pekerjaan muncul secara lebih langsung di dalam mazmur-mazmur ini daripada di bagian kitab Mazmur lainnya. Isu-isu tentang kreativitas ekonomi, etika bisnis, kewirausahaan, produktivitas, tugas membesarkan anak dan mengurus rumahtangga, penggunaan kekuasaan yang tepat, dan kemuliaan Allah di dalam dan melalui dunia materi semuanya muncul di mazmur-mazmur ini.
Tuhan Mendasari Semua Pekerjaan dan Produktivitas (Mazmur 107)
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar IsiMazmur 107 menghubungkan upaya-upaya ekonomi manusia dengan dunia ciptaan Allah. Ada baiknya mazmur ini dikutip lebih panjang.
Ada orang-orang yang mengarungi laut dengan kapal-kapal, yang melakukan perdagangan di lautan luas; mereka melihat pekerjaan-pekerjaan TUHAN, dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib di tempat yang dalam. Ia berfirman, maka dibangkitkan-Nya angin badai yang meninggikan gelombang-gelombangnya. Mereka naik sampai ke langit dan turun ke samudera raya, jiwa mereka hancur karena celaka; mereka pusing dan terhuyung-huyung seperti orang mabuk, dan kehilangan akal. Maka berseru-serulah mereka kepada TUHAN dalam kesesakan mereka, dan dikeluarkan-Nya mereka dari kecemasan mereka, dibuat-Nyalah badai itu diam, sehingga gelombang-gelombangnya tenang. Mereka bersukacita, sebab semuanya reda, dan dituntun-Nya mereka ke pelabuhan kesukaan mereka. Biarlah mereka bersyukur kepada TUHAN karena kasih setia-Nya, karena perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib terhadap anak-anak manusia. (Mazmur 107:23-31)
Dahulu, seperti halnya sekarang, orang melaut untuk mencari ikan dan berdagang. Kapal-kapal orang zaman dahulu rapuh, dan mereka hanya bisa mendapat sedikit peringatan sebelum terjadi badai. Hidup dan penghidupan mereka bergantung pada cuaca. Terlepas dari kemajuan teknologi zaman ini, kita juga bergantung pada berbagai faktor yang di luar kendali kita dalam pekerjaan kita. Barangkali ungkapan paling jujur yang bisa diucapkan orang tentang kesuksesan di tempat kerja adalah, “Aku beruntung.” Seperti dikatakan Bill Gates tentang kesuksesan Microsoft yang luar biasa, “Aku dilahirkan di tempat dan pada waktu yang tepat.”[1]
Bagi orang percaya, “beruntung” adalah istilah yang menggambarkan pemeliharaan Allah yang tetap atas kebutuhan-kebutuhan kita. Meraih kesuksesan dari berbagai ketidakpastian yang melekat pada pekerjaan kita bergantung pada sedikit keterampilan (yang pada dasarnya adalah pemberian Allah juga), sedikit kerja keras, dan banyak pemeliharaan Allah. Apa pun “desired haven” (tempat dambaan) kita dalam hidup dan pekerjaan, “marilah kita bersyukur pada Allah atas kasih setia-Nya yang teguh, atas pekerjaan-Nya yang luar biasa bagi umat manusia.” Yakobus mungkin mengingat mazmur ini ketika ia berkata, “Sebenarnya kamu harus berkata, ‘Jika Tuhan menghendaki, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu’” (Yakobus 4:15).
Tak lama kemudian, Mazmur 107 menambahkan pemahaman lebih lanjut tentang hal ini.
Dibuat-Nya padang gurun menjadi kolam air, dan tanah kering menjadi pancaran-pancaran air. Ditempatkan-Nya di sana orang-orang lapar, dan mereka mendirikan kota tempat kediaman; mereka menabur di ladang-ladang dan membuat kebun-kebun anggur, yang mengeluarkan buah-buahan sebagai hasil. Diberkati-Nya mereka sehingga mereka bertambah banyak dengan sangat, dan hewan-hewan mereka tidak dibuat-Nya berkurang. (Mazmur 107:35-38).
Allah menciptakan kondisi-kondisi agar kehidupan di bumi dapat terus berlangsung. Dia bisa mengubah padang gurun menjadi padang rumput (atau padang rumput menjadi padang gurun). Pertanian, seperti bercocok tanam dan beternak, bergantung pada pertumbuhan yang diberikan Allah. Ketika pertanian berhasil, kota-kota bermunculan. Munculnya kota-kota memicu timbulnya berbagai jenis pekerjaan. Perekonomian kota menyediakan berbagai jenis barang dan jasa kepada penduduk yang berkembang dan beragam. Dalam perekonomian zaman dulu, selain petani dan gembala, masyarakat juga membutuhkan tukang tembikar, pandai besi, dan juru tulis (untuk menuliskan perjanjian-perjanjian dan transaksi-transaksi komersial, dan juga teks-teks kitab hukum dan agama). Seluruh perekonomian kota mana pun, pada zaman dulu maupun sekarang, bergantung pada kelimpahan hasil pertanian, baik yang diusahakan dari dalam negeri sendiri maupun dari perdagangan. Ketika petani dunia dapat menghasilkan lebih dari kebutuhan untuk kelangsungan hidupnya sendiri, masyarakat yang kompleks dapat berkembang. Dan semua ini berasal dari Allah, yang mengairi tanah kering (Mazmur 65:9, Kejadian 2:5).
Jadi Mazmur 107 mencakup kegiatan ekonomi di darat maupun di laut, dan menegaskan bahwa Allah ada di atas semuanya itu. Dan Allah tidak bertentangan dengan pekerjaan kita. Mazmur ini berbicara tentang bagaimana Dia menyelamatkan dan memelihara. Penghidupan kita tergantung pada penanganan Allah yang murah hati atas kekuatan-kekuatan alam.
Kebajikan Orang Yang Berbisnis (Mazmur 112)
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar IsiMazmur 112 menyatakan berkat-berkat Allah atas orang-orang yang melakukan bisnis (istilah dalam kitab Mazmur: berdagang dan memberi pinjaman) dengan menuruti perintah Allah. “Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya,” kata mazmur ini, dan “ia tidak takut kepada kabar celaka” (Mazmur 112:3,7). Kebajikan yang mendatangkan berkat-berkat ini adalah sifat pengasih dan penyayang, belas kasihan, kebenaran, kemurahan hati dan keadilan (Mazmur 112:4-5). Kebenaran dan keadilan mungkin sudah tak mengherankan. Orang ingin membeli dan menjual dari bisnis-bisnis yang jujur dan benar, supaya kebajikan-kebajikan ini dapat diharapkan, secara umum, mendatangkan kemakmuran.
Namun, bagaimana dengan pengasih dan penyayang, belas kasihan, dan kemurahan hati? Pengasih dan penyayang bisa berarti menginformasikan kepada pelanggan tentang solusi yang biayanya lebih rendah yang memberikan keuntungan lebih sedikit pada kita atau perusahaan kita. Belas kasihan bisa berarti memberi kesempatan lagi kepada pemasok yang pernah lalai dalam melakukan pengiriman. Kemurahan hati bisa berarti berbagi spesifikasi industri dengan pihak lain agar mereka dapat menghasilkan produk-produk yang kira-kira sama dengan produk-produk kita— hal yang baik untuk pelanggan, tetapi berpotensi menciptakan persaingan bagi kita sendiri. Apakah Mazmur 112 hendak mengatakan bahwa hal-hal seperti itu akan mendatangkan kemakmuran yang lebih besar, bukan yang lebih kecil? Sepertinya begitu. “Ia membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin,” kata Pemazmur, tetapi ia justru menjadi lebih teguh, lebih aman, lebih kuat, dan akhirnya lebih sukses daripada orang yang tidak mengamalkan kebajikan-kebajikan itu (Mazmur 112:7-10). Pemazmur menghubungkan hal ini dengan Tuhan (Mazmur 112:1,7) tetapi tidak disebutkan apakah ini karena Dia melakukan intervensi khusus untuk orang itu ataukah karena Dia telah menciptakan dan memelihara dunia sedemikian rupa sampai kebajikan-kebajikan ini cenderung mendatangkan kemakmuran. Kemungkinan kedua-duanya.
Dan sekali lagi, bisa jadi Tuhan memberkati orang jujur dengan memberi mereka gambaran yang berbeda tentang kemakmuran. Harta dan kekayaan termasuk (Mazmur 112:3, seperti yang disebutkan), tetapi gambaran yang menyeluruh meliputi lebih dari sekadar harta kekayaan saja. Keturunan yang diberkati (Mazmur 112:2) yang mengingat (Mazmur 112:6) dan menghormati mereka (Mazmur 112:9), relasi-relasi yang kokoh (Mazmur 112:6), hati yang damai (Mazmur 112:7), dan kemampuan menghadapi masa depan tanpa rasa takut (Mazmur 112:8) sama pentingnya dalam pandangan Allah tentang kemakmuran. Mungkinkah ini berarti bahwa jika kita berbisnis dengan menaati perintah Tuhan, yang berubah bukan hanya keuntungan kita saja, tetapi juga keinginan kita? Jika kita bisa menginginkan yang Allah inginkan untuk kita, bukankah kita dijamin akan menemukan kebahagiaan yang berlangsung selamanya?
Berpartisipasi dalam Pekerjaan Tuhan (Mazmur 113)
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar IsiMazmur 113 berkata, “Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama TUHAN” (Mazmur 113:3). Apakah ini berarti kita harus berada di bait suci (atau di gereja) sepanjang hari untuk memuji Tuhan? Atau apakah ini berarti dalam segala sesuatu yang kita lakukan, termasuk pekerjaan kita sehari-hari, kita melakukannya dalam pujian kepada Tuhan? Dari ayat 7 sampai 9, kita melihat dengan jelas bahwa jawabannya adalah yang terakhir. “Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, bersama-sama dengan para bangsawan bangsanya” (Mazmur 113:7-8). Meskipun mazmur ini tidak mengatakan bagaimana Allah melakukan hal ini, kita tahu—seperti juga Pemazmur—bahwa hal ini biasanya dilakukan melalui pekerjaan. Kesempatan kerja dengan upah yang baik menolong orang miskin keluar dari kemiskinan, dan Allah biasanya menciptakan kesempatan-kesempatan itu melalui pekerjaan umat-Nya—orang-orang dalam bisnis yang menciptakan peluang-peluang ekonomi, orang-orang dalam pemerintahan yang menjamin keadilan, orang-orang di dunia pendidikan yang mengembangkan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk pekerjaan-pekerjaan yang baik. Dengan penekanan pada mengangkat orang miskin dan kesusahan, Mazmur 113 memanggil kita untuk memuji Allah dalam seluruh kehidupan praktis.
Meskipun mazmur ini bisa saja menyebutkan berbagai macam pekerjaan untuk menjelaskan maksudnya, ternyata pekerjaan yang dipilihnya hanya satu—pekerjaan melahirkan dan membesarkan anak “Ia mendudukkan perempuan yang mandul di rumah sebagai ibu anak-anak, penuh sukacita” (Mazmur 113:9). Mungkin ini karena tidak punya anak di Israel kuno hampir pasti akan membuat seorang perempuan (dan suaminya) hidup miskin di masa tua. Atau mungkin juga karena alasan lain. Apa pun alasan itu, hal ini mengingatkan kita pada dua hal penting saat ini. Yang paling jelas, ketika para ibu (dan ayah) mengandung, memberi makan, memandikan, melindungi, bermain bersama, mengajar, melatih, mengampuni, mendidik, dan mengasihi anak-anak, mereka itu sedang bekerja! Sayangnya, banyak ibu merasa tidak ada—bahkan gereja—yang mengakui bahwa yang mereka lakukan itu sama pentingnya dengan pekerjaan yang dilakukan orang lain yang dibayar. Kedua, pertolongan Allah bagi orang-orang yang tak punya anak dan anak-anak yang tak punya orangtua biasanya datang dari pekerjaan orang lain. Ahli-ahli medis mungkin dapat memulihkan kesuburan. Para pekerja di bidang adopsi dan kesejahteraan anak mungkin dapat mempertemukan calon orang tua dengan anak-anak yang membutuhkan orangtua, dan mendampingi keluarga-keluarga untuk memberikan pelatihan dan pengawasan yang dibutuhkan. Seluruh keluarga bergantung pada dukungan orang lain dalam masyarakat luas, termasuk umat Allah. Untuk penjelasan lebih lanjut tentang pekerjaan keluarga, lihat "Pekerjaan menikah, membesarkan anak, dan merawat orangtua (Mazmur 127, 128, 139)".
Menghasilkan Nilai Yang Benar dalam Bekerja (Mazmur 127 and 128)
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar IsiJika Mazmur 107 berbicara tentang kegiatan ekonomi berskala besar, Mazmur 127 dan 128 berbicara tentang rumahtangga, unit dasar produksi ekonomi sampai zaman Revolusi Industri. Mazmur 127 dimulai dengan mengingatkan bahwa semua pekerjaan yang baik didasarkan pada Allah.
Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah -- sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur. (Mazmur 127:1-2)
Baik “rumah” maupun “kota” merujuk pada hal yang sama: tujuan penyediaan barang dan keamanan bagi penghuninya. Pada akhirnya, semua kegiatan ekonomi bertujuan membuat keluarga/rumahtangga berhasil. Ayat ini dengan jelas menyatakan bahwa bekerja dengan rajin saja tidak cukup (bandingkan Amsal 26:13-16, tentang kemalasan). Di balik tujuan yang jelas ini ada makna yang lebih dalam. Kerja keras bisa menghasilkan rumah yang besar dan indah, tetapi tidak bisa menciptakan keluarga yang bahagia. Wiraswastawan yang rajin bisa membangun bisnis yang sukses, tetapi tidak dapat menciptakan kehidupan yang baik dengan bekerja saja. Hanya Allah yang dapat membuat semuanya berarti.
Di banyak perekonomian saat ini, pekerjaan selain bertani biasanya tidak dilakukan di dalam rumah/keluarga, tetapi di dalam organisasi-organisasi yang lebih besar. Namun, pesan Mazmur 127 berlaku di semua tempat kerja masa kini yang bersifat institusional maupun di rumahtangga-rumahtangga zaman dulu yang konvensional. Untuk berhasil, setiap tempat kerja harus menghasilkan sesuatu yang bernilai. Memberikan waktu saja tidak cukup - pekerjaan itu harus menghasilkan barang atau jasa yang dibutuhkan orang lain.
Orang percaya mungkin dapat melakukan sesuatu yang sangat signifikan dalam hal ini. Di setiap tempat kerja, ada godaan untuk memproduksi barang-barang yang dapat menghasilkan banyak uang dengan cepat, tetapi tidak memberikan nilai yang tetap. Bisnis-bisnis dapat meningkatkan keuntungan—dalam waktu singkat—dengan menurunkan kualitas bahan. Para penjual mungkin dapat memanfaatkan ketidaktahuan pembeli dengan menjual produk-produk dan barang-barang yang meragukan. Lembaga-lembaga pendidikan dapat menawarkan kelas-kelas yang menarik para siswa tanpa mengembangkan kemampuan-kemampuan yang berguna untuk jangka panjang. Dan lain sebagainya. Semakin kita mengetahui kebutuhan sesungguhnya dari orang-orang yang menggunakan barang dan jasa kita, dan semakin kita dapat menambahkan nilai yang benar pada yang kita produksi, semakin kita dapat menolong institusi-institusi tempat kerja kita untuk melawan godaan-godaan ini. Karena nilai yang benar pada akhirnya didasarkan pada Tuhan, kita mungkin diberi kemampuan unik untuk melakukan peran ini. Namun, peran itu harus dijalankan dengan kerendahan hati dan selalu mau mendengar.Tak ada gunanya kita melontarkan pendapat-pendapat yang belum dipikirkan masak-masak sampai orang muak mendengarkan kita.
Pekerjaan Menikah, Membesarkan Anak dan Merawat Orangtua (Mazmur 127, 128, 139)
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar IsiPekerjaan menikah, membesarkan anak dan merawat orangtua kembali muncul di Mazmur 127, 128 dan 139. (Pekerjaan membesarkan anak merupakan hal penting di Mazmur 113, "Berpartisipasi dalam Pekerjaan Allah (Mazmur 113)".) “Isterimu akan menjadi seperti pohon anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu” (Mazmur 128:3). Suami dan istri sama-sama berperan dalam menghasilkan hal yang sangat mendasar ini —berkembangbiak! Tentu saja, istri mendapat peran yang lebih banyak/ berat dalam tugas ini daripada suami. Di dalam Alkitab, peran ini bukan peran yang dianggap remeh—tetapi dipandang sebagai peran yang esensial untuk kelangsungan hidup, dan dihormati di Israel kuno. Di samping melahirkan anak, istri-istri biasanya mengurus rumahtangga, yang meliputi urusan domestik maupun produksi komersial (Amsal 31:10-31).
Alkitab menghargai orang-orang yang melaut dan menggembalakan domba (pekerjaan tradisional laki-laki) maupun orang-orang yang mengurus rumahtangga (pekerjaan tradisional perempuan). Sekarang ini peran-peran pekerjaan tidak terlalu terbagi berdasarkan jenis kelamin—kecuali mengurus rumahtangga keluarga, yang kebanyakan masih dilakukan oleh perempuan[1]—tetapi penghargaan yang diberikan pada pernikahan dan pekerjaan-pekerjaan keluarga masih tetap berlaku.
Seperti halnya semua jenis pekerjaan—dan melahirkan anak juga pekerjaan! — melahirkan anak berasal dari Allah. “Engkaulah [Allah] yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku” (Mazmur 139:13). Demikian pula, seperti halnya pada semua jenis pekerjaan yang lain, ini berarti bahwa jika terjadi tragedi, hal itu tidak dapat dianggap sebagai hukuman Allah atau ditinggalkan Allah. Melahirkan anak adalah sebuah perwujudan anugerah umum Allah kepada manusia di seluruh dunia. Di dalam kandungan, Allah membentuk kita, dan Dia menciptakan kita untuk suatu tujuan. Hak kelahiran kita adalah melakukan pekerjaan yang berarti bagi Allah sendiri.
Kita kembali ke Mazmur 127 untuk melihat hal terakhir dari tema ini, yaitu bahwa pekerjaan keluarga mencakup merawat orang yang usianya telah membuat kemampuannya untuk bekerja menurun. “Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah” (Mazmur 127:3). Di dunia kuno, orang tidak memiliki program pensiun atau asuransi kesehatan yang resmi. Ketika mereka berusia lanjut, anak laki-laki mereka memelihara mereka. (Teksnya berbicara tentang “anak laki-laki” karena biasanya anak perempuan akan menikah dan masuk ke rumahtangga keluarga suaminya). Jadi sebenarnya, anak laki-laki adalah sebuah rencana pensiun bagi pasangan suami istri, dan hal ini mengikat erat generasi-generasi itu bersama-sama.
Mungkin tampaknya terlalu kasar jika kita menilai atau menghargai tugas membesarkan anak dengan istilah ekonomi. Saat ini kita mungkin merasa lebih nyaman dengan membicarakan tentang ganjaran-ganjaran emosional dari membesarkan anak. Meskipun demikian, ayat ini menyatakan bahwa orang dewasa memerlukan anak-anak sebagaimana anak-anak membutuhkan orang dewasa, dan bahwa anak-anak adalah anugerah dari Allah, bukan beban. Hal ini juga mengingatkan kita pada semua investasi yang sudah dilakukan orangtua kita pada kita—secara emosional, fisik, intelektual, kreatif, ekonomi, dan masih banyak lagi. Ketika kita menjadi dewasa dan orangtua kita menjadi bergantung pada kita, sudah sewajarnya jika kita melakukan pekerjaan merawat orangtua. Ada banyak cara untuk melakukan hal ini. Namun, intinya hanyalah bahwa perintah Allah untuk menghormati orangtua (Keluaran 20:12) bukan hanya soal sikap, tetapi juga soal pekerjaan dan ekonomi.
Penggunaan Kekuasaan Yang Benar (Mazmur 136)
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar IsiKekuasaan sangat penting dalam banyak pekerjaan, dan harus digunakan dengan benar. Mazmur 136 menjelaskan penggunaan kekuasaan yang benar dengan menunjukkan empat contoh cara Tuhan menggunakan kekuasaan.
Contoh pertama terdapat di ayat 4-9, yang menunjukkan Allah menggunakan kekuasaan untuk menciptakan dunia, “yang menjadikan langit dengan kebijaksaan…yang menghamparkan bumi di atas air” (Mazmur 136:5-6). Hal ini membawa kita kembali ke Kejadian 1— ketika Allah Pencipta memberikan dunia ini semua yang kita perlukan untuk berkembang. Namun perhatikan urutan kerja Allah di sini, yang pertama-tama membuat sistem-sistem (tanah/daratan, air/lautan, malam, siang, matahari dan bulan) yang diperlukan untuk kelangsungan hidup ciptaan-Nya yang berikutnya (tumbuh-tumbuhan, binatang darat, makhluk-makhluk yang berenang dan terbang). Allah tidak menciptakan binatang-binatang sebelum ada tanah kering (daratan) dan tumbuh-tumbuhan untuk menopang kehidupan mereka. Ketika kita memiliki kekuasaan untuk menciptakan pekerjaan atau sistem-sistem, kita menggunakan kekuasaan dengan benar ketika kita menciptakan lingkungan yang membuat kita dan orang-orang di sekitar kita tidak hanya dapat bertahan hidup, tetapi juga berkembang. Untuk penjelasan lebih lanjut tentang pemeliharaan Allah atas ciptaan, lihat "Pemeliharaan (Kejadian 1:29-30; 2:8-14)" dalam Kejadian 1-11 dan Pekerjaan di https://www.teologikerja.org/.
Contoh kedua terdapat di Mazmur 136:10-15 ketika Allah membebaskan umat-Nya dari perbudakan di Mesir. Contoh ketiga langsung menyusul di ayat-ayat berikutnya, ketika Allah memukul kalah raja-raja Kanaan yang merintangi bangsa Israel dalam perjalanan mereka menuju Tanah Perjanjian (Mazmur 136:16-22). Kedua contoh ini menunjukkan pada kita bahwa Allah menggunakan kekuasaan untuk membebaskan manusia dari penindasan dan menentang orang-orang yang menghalangi orang lain menerima kebaikan yang Allah maksudkan untuk mereka. Ketika pekerjaan kita membebaskan orang lain membantu menggenapi rancangan Allah atas hidup mereka, kita sedang menggunakan kekuasaan dengan benar. Ketika pekerjaan kita kembali memperbudak para pekerja atau menentang pekerjaan Allah di dalam dan melalui mereka, kita sedang menyalahgunakan kekuasaan.
Contoh keempat terdapat di akhir Mazmur 136. “Dia [Allah] yang mengingat kita dalam kerendahan kita … dan membebaskan kita dari para lawan kita… yang memberikan roti kepada segala makhluk” (Mazmur 136:23-25). Allah dengan penuh kasih mengenali kelemahan-kelemahan kita dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan kita. Ketika kita menggunakan kekuasaan untuk melakukan pekerjaan yang bermanfaat bagi orang lain, kita sedang menggunakan kekuasaan sebagaimana Allah menggunakannya.
Terakhir, dalam penggunaan kekuasaan yang benar, setiap ayat di Mazmur 136 mengingatkan kita untuk bersyukur pada Allah, “yang kasih setia-Nya untuk selama-lamanya.
Kemuliaan Tuhan di dalam Seluruh Ciptaan (Mazmur 146-150)
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar IsiKelima mazmur terakhir masing-masing dimulai dengan seruan “Haleluya” (Puji Tuhan). Sebagaimana sudah ditunjukkan penyelidikan kita tentang kitab Mazmur, bekerja dimaksudkan untuk menjadi semacam bentuk pujian kepada Allah. Kelima mazmur ini menunjukkan berbagai cara pekerjaan kita dapat memuji Allah. Di dalam kesemuanya itu kita melihat bahwa pekerjaan kita didasarkan pada pekerjaan Allah sendiri. Ketika kita bekerja sesuai maksud Allah, kita mencontoh, memperluas, dan menggenapi pekerjaan Allah.
Mazmur 146
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar IsiAllah menegakkan keadilan bagi orang-orang tertindas (Mazmur 146:7a). Demikian pula kita, ketika kita bekerja menurut perintah-perintah Allah, dan dengan kasih karunia Allah. Allah memberi roti kepada orang-orang yang lapar (Mazmur 146:7b). Demikian pula kita. Tuhan membebaskan orang-orang yang terkurung, demikian pula para pembuat undang-undang, pengacara, hakim, dan juri. Allah membuka mata orang-orang buta, demikian pula para dokter mata, ahli kacamata, dan pembuat kacamata. Allah menegakkan orang yang tertunduk (tak bisa bangkit/berdiri sendiri), demikian pula para ahli terapi fisik, perawat, pembuat lift, dan orangtua bayi-bayi (Mazmur 146:8). Allah menjaga orang-orang asing, demikian pula para polisi dan petugas keamanan, pramugari, penjaga pantai, petugas kesehatan, dan penjaga perdamaian. Allah memelihara anak-anak yatim dan janda-janda (Mazmur 146:9), demikian pula para orangtua asuh, pramurukti, pengacara keluarga dan petugas pelayanan masyarakat, perancang keuangan, dan pekerja di sekolah berasrama. Haleluya. Puji Tuhan! (Mazmur 146:10).
Mazmur 147
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar IsiAllah mengumpulkan orang yang tercerai-berai (Mazmur 147:2), begitu pula Sisters of Charity, para pengajar di lembaga pemasyarakatan, dan para penggerak masyarakat. Dia menyembuhkan orang-orang yang patah hati (Mazmur 147:3), begitu pula para konselor kedukaan, biro jodoh, pelawak, dan penyanyi lagu-lagu sendu. Dia menentukan jumlah bintang dan menyebutkan nama-nama semuanya (Mazmur 147:4), begitu pula para astronom, navigator, dan pendongeng. Dia berlimpah kekuatan (Mazmur 147:5a), begitu pula para presiden, ketua, laksamana, orangtua, dan tahanan politik yang menjadi negarawan. Dia memiliki kebijaksanaan tak terhingga (Mazmur 147:5b), begitu pula para profesor, penyair, pelukis, masinis, operator sonar, dan orang-orang dengan autisme yang memberi kemampuan luar biasa untuk berkonsentrasi pada hal-hal detail. Dia menegakkan kembali orang-orang yang tertindas, begitu pula para aktivis HAM dan pendonor, dan Dia mematahkan kekuasaan orang jahat, begitu pula para jaksa wilayah, pelapor pelanggaran, dan semua orang yang menjauhi gosip dan membela rekan kerja yang diperlakukan tidak adil (Mazmur147:6).
Allah menyiapkan bumi menghadapi cuaca mendatang (Mazmur 147:8), begitu pula para ahli meteorologi dan geofisika, peneliti iklim, arsitek dan ahli bangunan, serta pengatur lalu lintas udara. Dia memberi makan binatang-binatang (Mazmur 147:9), begitu pula para peternak, gembala serta anak-anak di pedesaan. Dia memperkuat palang pintu gerbang, melindungi anak-anak, dan menjaga perdamaian di perbatasan (Mazmur 147:13-14a), begitu pula para insinyur, tentara, petugas bea cukai, dan diplomat. Dia menyajikan makanan terbaik (Mazmur 147:14b), begitu pula para juru masak, koki, pembuat roti, pembuat anggur, pembuat bir, petani, ibu rumahtangga dan pengurus rumahtangga ganda (kebanyakan wanita), pembuat resep masakan, pedagang bahan makanan, supir truk angkutan, dan juga pramusaji, penjaga kafetaria, dan koki masakan beku. Dia memberitakan firman-Nya—ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum-Nya (Mazmur 147:19). Haleluya. Puji Tuhan! (Mazmur 147:20).
Mazmur 148
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar IsiBerbeda dengan Mazmur 146, 147, dan 149, Mazmur 148 dan 150 tidak menggambarkan Allah yang bekerja, tetapi langsung melompat ke respons pujian kita atas pekerjaan yang telah Dia lakukan. Mazmur 148 berbicara tentang ciptaan Allah, seolah-olah keberadaan ciptaan itu merupakan puji-pujian bagi Allah.“Pujilah Tuhan di bumi, hai ular-ular naga dan segenap samudera raya; hai api dan hujan es, salju dan kabut, angin badai yang melakukan firman-Nya; hai gunung-gunung dan segala bukit, pohon buah-buahan dan segala pohon aras: hai binatang-binatang liar dan segala hewan, binatang melata dan burung-burung yang bersayap” (Mazmur 148:7-10). Ciptaan-Nya membuat pekerjaan kita berhasil, maka sudah sepatutnya kita mempersembahkan seluruh pekerjaan yang kita lakukan sebagai puji-pujian bagi Dia. “Hai teruna dan anak-anak dara, orang tua dan orang muda! Biarlah semuanya memuji-muji TUHAN” (Mazmur 148:12-13). Haleluya. Puji Tuhan! (Mazmur 148:14).
Mazmur 149
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar IsiTuhan senang dengan nyanyian, tarian, dan alat-alat musik (Mazmur 149:2-3), seperti juga para musisi, penari, penggubah nyanyian, penulis lagu, koreografer, komposer musik film, pustakawan musik, guru musik, pekerja badan seni dan donatur, anggota paduan suara, terapis musik, peserta band, paduan suara dan orkestra, pembuat aplikasi studio musik, penyanyi yodel, pekerja yang menyanyi sambil bekerja, produser dan pengorbit musik, YouTuber, disjoki, pembuat lirik lagu, pembuat audio, penyetem piano, pembuat kalimba/perkusi, ahli akustik, pembuat aplikasi musik, dan semua orang yang menyanyi di kamar mandi. Mungkin tidak ada bentuk pekerjaan manusia yang lebih universal, namun lebih beragam, selain penghasil musik, dan semua itu berasal dari kecintaan Allah sendiri terhadap musik.
Tuhan berkenan pada umat-Nya (Mazmur 149:4a), sebagaimana juga semua pemimpin yang baik, anggota keluarga, petugas kesehatan mental, pendeta, tenaga penjualan, pemandu wisata, pelatih, perancang pesta, dan semua orang yang melayani orang lain. Jika situasi-situasi atau sistem-sistem yang menekan membuat orang tidak dapat merasakan kesenangan yang sehat terhadap orang lain, Tuhan menakhlukkan para penindas dan memperbarui sistem-sistem (Mazmur 149:4b-9a), sebagaimana juga para tokoh pembaruan masyarakat dan perusahaan, jurnalis, orang-orang biasa yang menolak menerima status quo, psikolog organisasi dan pakar sumber daya manusia, dan—jika kondisinya ekstrem dan tidak ada jalan lain—para tentara, angkatan laut, angkatan udara, dan para komandannya. Ketika keadilan dan pemerintahan yang baik dipulihkan, musik dapat dikumandangkan kembali (Mazmur 149:6). Haleluya. Puji Tuhan! (Mazmur 149:9b).
Mazmur 150
Kembali ke Daftar Isi Kembali ke Daftar IsiMazmur terakhir kembali ke musik sebagai respons kita terhadap “perbuatan-perbuatan dahsyat” Allah, yang menjadi dasar seluruh aktivitas dan pekerjaan kita. Pujilah Allah dengan terompet, seruling, kecapi, rebana, ceracap, sangkakala, canang—yang berdentang maupun yang bergemerincing—dan menarilah. Sebagai klimaks dari lima nyanyian yang penuh dengan pekerjaan, dan sebagai penutup akhir dari seluruh kumpulan mazmur, Mazmur 150 memberikan kesan bahwa musik sungguh merupakan pekerjaan yang sangat penting. Namun, bukan untuk kepentingan musik itu sendiri, melainkan karena musik dapat membuat kita memuji Tuhan dengan lebih baik. Kita dapat mengartikan hal ini secara harfiah maupun secara metaforis. Secara harfiah, kita bisa menghargai musik, tarian, dan kesenian lainnya agak lebih tinggi dari yang biasa dilakukan komunitas Kristen yang tidak selalu menerima musik (selain dalam batas-batas yang sempit) dan kesenian (apalagi). Atau setidaknya, kita bisa lebih menghargai musik dan kesenian kita sendiri. Jika kita tampaknya tak bisa mencari waktu untuk mengekspresikan kreativitas seni kita sendiri, mungkinkah kita sedang kehilangan nilai dan arti dari nyanyian-nyanyian yang Allah taruh di hati kita?
Secara metaforis, mungkinkah ini berarti Mazmur 150 sedang mengajak kita untuk melakukan pekerjaan kita seakan-akan pekerjaan itu sejenis musik? Kita semua bisa menjalani relasi-relasi kita dengan lebih harmonis, mengatur ritme bekerja dan beristirahat dengan lebih seimbang, dan mulai memerhatikan keindahan dari pekerjaan yang kita lakukan dan orang-orang yang bekerja bersama kita. Jika kita dapat melihat keindahan dalam pekerjaan kita, akankah hal itu membantu kita dalam mengatasi tantangan-tantangan pekerjaan, seperti godaan etika, kebosanan, relasi yang buruk, kekecewaan, dan produktivitas yang menurun pada saat tertentu? Sebagai contoh, bayangkan Anda sangat kecewa dengan atasan Anda sampai Anda tergoda untuk tidak lagi melakukan pekerjaan Anda dengan baik. Apakah akan menolong jika Anda dapat melihat keindahan pekerjaan Anda di luar relasi Anda dengan atasan Anda? Keindahan seperti apa yang dibawa pekerjaan Anda ke dunia? Keindahan apa yang Allah lihat dari yang Anda kerjakan? Apakah itu cukup untuk menopang Anda pada masa-masa sulit atau menuntun Anda untuk melakukan perubahan-perubahan yang perlu Anda lakukan dalam pekerjaan Anda atau cara Anda melakukannya?
Namun, bagaimana pun cara kita memandang pekerjaan kita, Allah mau pekerjaan kita itu untuk memuji Dia. 150 mazmur dalam Alkitab mencakup semua aspek kehidupan dan pekerjaan mulai dari teror yang paling mengerikan sampai harapan yang paling menggembirakan. Sebagian berbicara tentang kematian dan keputusasaan, sebagian lainnya berbicara tentang kemakmuran dan pengharapan. Namun, kesimpulan akhir dari kitab Mazmur adalah pujian. “Biarlah segala yang bernafas memuji Tuhan! Haleluya" (Mazmur 150:6).